VOXNES.com, Selain sebagai sumber pengairan bagi pertanian, sungai dimanfaatkan sebagai kelancaran transportasi. Ini mendukung kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam risalah berjudul Ahsan al-Taqasim fi Ma’rifat al-Aqalim, sejarawan Muslim, al-Muqaddasi (946-1000) mengatakan, kapal-kapal berbagai ukuran melintasi sungai. Aktivitas transportasi sungai terbukti sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan perdagangan selama masa tersebut. Ini terdapat di sebagian wilayah kekuasaan Islam.
Terutama wilayah yang mempunyai pelabuhan-pelabuhan transit. Sarana semacam itu terdapat di Damaskus dan Tyre, Suriah, Yerusalem di Palestina, Kairo di Mesir, hingga Baghdad di Irak. Dari waktu ke waktu, transportasi sungai senantiasa memainkan peran yang sangat penting. Apalagi, sungai dapat menjangkau kawasan pedalaman.
Melalui sungai, waktu tempuh bisa dipersingkat. Menurut catatan al-Muqaddasi, ada tiga sungai besar yang selalu sibuk. Yakni, Sungai Tigris dan Eufrat di Kota Baghdad, serta Sungai Nil yang melintasi Kairo. Sejak peradaban kuno, sungai-sungai itu sudah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat setempat.
Ibnu Jubayr (1145-1217), sejarawan Muslim terkemuka lainnya, menggambarkan bahwa Sungai Eufrat dan Tigris menghidupi Kota Baghdad. Barang-barang dagang, hasil pertanian, ataupun kekayaan alam lainnya dari berbagai wilayah, dibawa ke ibu kota kekhalifahan Abbasiyah itu lewat kedua sungai tadi.
Bahan-bahan kebutuhan pokok diangkut dengan kapal melalui Sungai Eufrat. Bahan-bahan itu sebagian ada yang berasal dari Mesir dan Suriah, jelas Ibnu Jubayr. Sungai ini tak hanya bermanfaat meningkatkan volume perdagangan domestik. Para pedagang dari luar negeri juga menggunakan sungai, misalnya para pedagang Cina.
Mereka menyusuri sungai untuk mencapai kota-kota di wilayah pemerintah Islam. Salah satunya adalah Baghdad, yang saat itu menjelma menjadi kota metropolitan, pusat perdagangan, dan inteletektual. Posisinya strategis dan kapal mempunyai akses ke sejumlah wilayah, kata Philip K Hitti dalam History of the Arabs.
Alat transportasi yang melintasi Sungai Tigris mengarah menuju Basra, Mosul, hingga Teluk Arab. Sedangkan melalui Sungai Eufrat, para pedagang bisa melintasi kota-kota penting, seperti Kufa dan Tikrit. Di sungai, umat Islam juga membangun peradaban untuk menopang kelancaran lalu lintas di air.
Pada buku Daily Life in the Medieval Islamic World, James E Lindsay menyampaikan bukti bahwa peradaban Islam muncul di sana. Ini terbukti dengan adanya bangunan kanal-kanal besar yang juga berfungsi menjadi jalur transportasi air. Ia menyebutkan, ada empat kanal yang menghubungkan Sungai Eufrat dan Tigris.
Kanal itu adalah Sarat, Nagrawan, Wasit, dan Jazira. Hal senada disampaikan Tamim Ansary. Tigris dan Eufrat membelah Kota Baghdad, airnya dialihkan melalui jaringan kanal yang memungkinkan perahu-perahu berfungsi, seperti bus kota sehingga mirip di Venezia, katanya lewat karyanya Dari Puncak Baghdad Sejarah Dunia Versi Islam.
Ia juga menggambarkan kondisi di kedua sungai besar itu. Terdapat sebuah pelabuhan besar di masing-masing sungai. Keduanya membuka arah ke Samudera Hindia. Demikian pula, kemudahan akses transportasi darat di setiap sisi sungai. Kapal-kapal dan kafilah silih berganti keluar dan masuk ke kota setiap hari.
Alat-alat transportasi yang tersedia, mengangkut barang dan para pedagang dari bagian dunia lain, seperti Cina, India, Afrika, dan Spanyol. Situasi serupa terjadi di sepanjang Sungai Nil. Setiap hari ratusan kapal dagang dan transportasi melintasi sungai itu, serta membuang sauh di pelabuhan Fustat.
sumber : Harian Republika