Anak-anak, dengan semangatnya yang riang dan inisiatif yang menawan, menyerap kebiasaan dan perilaku dari lingkungan sekitar mereka seperti spons yang menghisap air. Meskipun meniru adalah bagian normal dari proses belajar anak, beberapa kebiasaan yang mereka tiru mungkin membasmi pola pikir dan perilaku positif di kemudian hari.
Saat menyaksikan anak-anak kita membuat parkit, hindari derra dan sikap menghakimi. Fokuslah pada pembimbingan agar mereka belajar mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih konstruktif dan sehat.
Kolaborasi antara orang tua dan lingkungan bukan sekadar mendidik, tetapi juga memberi kesempatan bagi anak untuk tumbuh dalam pondasi moral dan etika yang kuat. Berikut lima kebiasaan buruk yang sering ditiru anak-anak dan cara membantunya melepaskan lingkaran mematikan tersebut:
1. Tidak Menerima Kesalahan
Sulit untuk mengamati seorang anak yang jujur mengakui kesalahan mereka. Umumnya mereka memilih menghindar karena rasa takut akan hukuman atau malu. Jika dibiarkan, kecenderungan ini bisa berujung pada masalah lebih serius seperti berbohong dan menghindari tanggung jawab.
Bagaimana Membantu Anak:
- Ciptakan Lingkungan yang Nyaman: Berikan lingkungan yang aman bagi anak untuk menerima kesalahan mereka tanpa merasa terancam atau dihakimi.
- Ajak Berbicara Secara Terbuka: Bicarakan tentang kesalahan dan bagaimana cara mengakuinya dengan jujur. Tekankan bahwa kesalahan merupakan kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
- Bersikap Sebagai Teladan: Jangan merasa malu mengakui kesalahan Anda sendiri di depan anak.
2. Menunda Tugas
Menunda tugas atau procrastination adalah jebakan yang mudah ditiru anak, terutama jika mereka merasa kewalahan atau kurang termotivasi. Homework? Ujian? Setiap tugas yang menghantui bisa jadi subjek penundaan.
Langkah-langkah untuk Mengatasi:
- Tetapkan Tujuan yang Dapat Dicapai: Bantu anak memecah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan dapat dikelola.
- Ciptakan Jadwal: Bantu anak membuat jadwal yang realistis dan konsisten untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
- Berikan Penguatan Positif: Berikan pujian dan apresiasi ketika anak menyelesaikan tugas tepat waktu.
3. Kurang Empati
Anak-anak seringkali mementingkan diri sendiri dan mungkin belum sepenuhnya memahami bahwa orang lain memiliki sudut pandang dan perasaan yang perlu dihargai.
Membangun Empati Sejak Dini:
- Berikan Teladan Verbal: Ungkapkan empati pada anak ketika Anda mengajukan pertanyaan seperti “Bagaimana perasaan Anda jika…?”, “Apakah kamu mengerti perasaan temanmu?”.
- Pertimbangkan Perasaan Orang Lain: Dorong anak untuk memikirkan bagaimana tindakan mereka dapat memengaruhi orang lain sebelum mereka melakukannya.
- Libatkan dalam Aksi Sosial: Dorong anak untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang membantu mereka memahami kebutuhan dan kesulitan orang lain.
4. Bergosip
Bergosip, membicarakan orang lain secara negatif di belakang mereka, mungkin menjadi kebiasaan yang tertanam dengan mudah. Anak-anak dapat menyerap ini dari lingkungan keluarga, teman sebaya, atau bahkan media sosial.
Mencegah Kebiasaan Bergosip:
- Ajarkan Nilai Kejujuran dan Kebenaran: Tindakan yang jujur dan menghormati menyebarkan energi positif. Beberai itu kepada anak!
- Biarkan Anak Tahu Mengenai Dampak Negatif: Jelaskan kepada anak bahwa bergosip dapat menyakiti perasaan orang lain dan merusak hubungan.
- Berikan Alternatif yang Lebih Positif: Dorong anak untuk fokus pada hal-hal positif dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
5. Praktik Kebersihan yang Buruk
Mungkin kebiasaan kecil seperti tidak mencuci tangan secara teratur tampak tidak berbahaya, tetapi praktik kebersihan yang buruk dapat berdampak buruk pada kesehatan anak di kemudian hari.
Memasukkan Kebiasaan Bersih ke dalam Rutinitas:
- Konsisten: Buat rutinitas kebersihan yang konsisten dan ingat secara visual dengan poster lucu.
- Sampaikan Manfaatnya: Jelaskan kepada anak manfaat menjaga kebersihan, seperti melindungi mereka dari penyakit dan membuatnya lebih sehat.
- Buat Hal Ini Menyenangkan: Gunakan permainan atau lagu anak-anak untuk membuat aktivitas kebersihan lebih menyenangkan.
Ingatlah bahwa membimbing anak untuk melepaskan kebiasaan buruk membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan komunikasi yang baik. Berikan anak ruang untuk belajar dan tumbuh, dan jangan lupa beri mereka banyak pujian dan dukungan untuk setiap langkah positif yang mereka tempuh.