Catatan dan Kajian: PON XX Aceh-Sumatera Utara 2024
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Aceh-Sumatera Utara 2024 telah resmi ditutup. Acara olahraga terbesar bangsa ini, dua tahun setelah rencana awal, menyaksikan berbagai catatan istimewa dan pelajaran berharga untuk penyelenggaraan olahraga nasional di masa mendatang.
Dominasi Jawa Barat: Kejayaan Berlanjut
Perhelatan PON XX menjadi saksi dari dominasi Jawa Barat (Jabar) dalam olahraga tanah air. Untuk tiga edisi berturut-turut, sejak PON ke-19 pada tahun 2016, Jabar tetap menjadi kontingen terdepan.
Mengoleksi total 540 medali, termasuk 195 medali emas, Jabar mengungguli 38 kontingen lainnya. Posisi tiga besar ditempati oleh Jakarta dan Jawa Timur. Sementara tuan rumah, Sumatera Utara dan Aceh, menempati posisi keempat dan keenam.
Pecahkan Rekor: PON XX Terbesar Sepanjang Sejarah
PON XX menorehkan sejarah sebagai PON terbesar sepanjang zaman. Dengan 65 cabang olahraga yang dipertandingkan, 12.919 atlet dari seluruh penjuru Indonesia hadir, melampaui 11.000 atlet yang mengikuti PON Riau 2012.
Hadirnya atlet-atlet pemula yang dengan penuh semangat dan dedikasi, menambah warna dan dinamika selama penyelenggaraan PON XX. Rekor baru pun pecah, sementara atlet senior memperkuat dominasinya atau bahkan mengakhiri era kejayaan mereka.
Tantangan Membangun Infrastrukturu Prihatin Pojok Nasional
Kemegahan PON XX disorot oleh masalah-masalah infrastruktur yang sempat mengusik gemerlapnya perhelatan olahraga nasional. Venues yang belum selesai dibangun,hemian pit fasilitas olahraga yang rusak, menjadi sorotan publik dan mengundang kritikan pedas.
Kasus viral perihal akses menuju GOR Bola Voli Indoor Sumut Sport Center menjadi bukti nyata betapa buruknya kondisi sebagian infrastruktur pertandingan. Akses jalan yang dilanda genangan hingga tak beraspal memaksa para atlet dan pesenawat untuk melewati jalan berlumpur dan terkesan mempertaruhkan keselamatan.
Sejumlah venue pacuan kuda juga belum siap sepenuhnya, sehingga balapan terpaksa diselenggarakan di kondisi yang kurang memadai. Tribun penonton yang belum rampung, membuat penonton terpaksa menaiki tangga pekerja untuk mendapatkan sudut pandang yang layak.
Bahkan, Stadion Utama Sumatera Utara yang menjadi pusat acara upacara penutupan PON XX juga belum sempurna. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengkonfirmasi bahwa stadion akan ditutup untuk dirampungkan setelah PON XX berakhir.
Kurang Tepat Waktu: Polemik Konsumsi Bagi Atlet
Aksesibilitas dan kualitas infrastruktur bukan satu-satunya problematika yang dihadapi
perhelatan PON XX. Aspek konsumsi bagi para atlet juga menjadi sorot utama.
Kualitas makanan dan minuman yang belum sesuai dengan kebutuhan gizi atlet,
membuat munculnya kritik dan protes dari para atlet. Rencana konsumsi yang
terpaksa ditunda pun semakin menambah polemik.
Indikasi Korupsi: Pemicu Penyelidikan
Ketidakjelasan dan sejumlah kontroversi arround penyelenggaraan PON XX
memicu dugaan praktik korupsi dalam pengadaan dan utilisasi dana. Hal ini
didukung oleh catatan buruk serupa yang terjadi pada PON XX Papua pada tahun
lalu.
Ketidaktelitian dalam
pengelolaan dana yang melibatkan puluhan triliun rupiah menjadi
pemicu penyelidikan dari pihak kepolisian untuk memastikan transparansi
dan akuntabilitas dana publik.
Catat Sejarah: Pengeluaran Dana Seribu Miliar Lebih
Prestise PON XX sebagai event olahraga terbesar diselenggarakan dengan
pengeluaran dana yang melampaui anggaran sebelumnya. Komando Provinsi Sumatera Utara pada Kementerian Pemuda dan Olahraga, stasiun VOXNES melaporkan bahwa total dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan PON XX mencapai Rp 3,9 triliun.
Sebagian besar dana bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
(sekitar Rp 2,2 triliun) dan sisanya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (sekitar Rp 1,7 triliun).
Penggunaan dana publik dalam skala ini
membutuhkan pengawasan yang ketat dan akuntabilitas yang tinggi untuk memastikan efektivitas dan manfaat yang diterima oleh bangsa Indonesia.
Babak Baru: Harapan
PON XX Aceh-Sumatera Utara 2024 menawarkan berbagai pelajaran berharga. Kekuatan kontingen olahraga dan riuhnya semangat atlet tentunya menjadi penyemangat untuk masa depan.
Bagian penting dari event ini, meskipun penuh dengan godaan danistet yang mengundang pertimbangan, harusnya mengelilingi acara ini. Problematika infrastruktur dan logistik, serta ketidakjelasan manajemen, perlu menjadi titik tolak untuk perbaikan penyelenggaraan PON di masa depan.
Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan
Mempersiapkan dan menyelenggarakan PON yang sukses memerlukan kerjasama dengan baik dari semua pihak: pemerintah, otonomi daerah, masyarakat, dan badan-badan terkait.
Penting untuk :
- Meningkatkan Dedikasi pada Infrastruktur Olahraga:
Infrastruktur olahraga yang memadai merupakan pondasi yang kuat untuk mengembangkan potensi atlet dan melahirkan prestasi. Pengembangan infrastruktur olahraga, mulai dari lapangan, stadion, hingga fasilitas pendukung, harus menjadi fokus utama karena perhelatan olahraga ber skala nasional membutuhkan standar yang tinggi
- Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan:
Mangkanya, pengawasan yang ketat dan akuntabilitas yang tinggi dalam pengelolaan dana publik sangat vital untuk memastikan percepatan dalam pembangunan infrastruktur olahraga, seperti halnya PON sebelum.
- Mempersiapkan Manusia Sumber Daya dalam Olahraga:
Mengembangkan kualifikasi dan kompetensi insan olahraga di sektor administrasi, teknis, dan medis, akan menjadikan PON sebagai ajang penghubung strategi olah raga.
PON XX Aceh-Sumatera Utara 2024 telah membuktikan kapasitas Indonesia dalam menyelenggarakan event olahraga terbesar.
Dengan mengkaji dan mengambil pembelajaran dari tantangan yang muncul, harapannya PON selanjutnya dapat menorehkan prestasi yang lebih gemilang dan membawa manfaat yang lebih luas bagi bangsa Indonesia.