TRIBUN-PANTURA.COM, BREBES –
Susi Angelia Wati (52), pada hari tersebut, kelihatan sangat sibuk memproses telur asin di tempat usaha miliknya yang berada di Perumahan Kalipucang, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, pada Selasa (11/3/2025).
Didukung oleh seorang pegawai, ia memproses telur asin agar berubah jadi krupuk.
Dimulai dengan memisahkan campuran adonan menjadi bagian kuning telur dan putih telur, kemudian dilanjutkan dengan proses pengukusan, pendedangan, penjemuran, penggoreman, sampai akhirnya dikeringkan menggunakan mesin spin dryer.
Menurutnya, ia tengah mengalami banjir pesanan selama bulan Ramadan.
“Saya tengah menyiapkan sekitar 350 paket untuk keenam gerai oleh-oleh yang ada di Jakarta dan Bali. Selain itu, terdapat pula permintaan perseorangan dengan jumlah mencapai antara 30 hingga 100 paket,” jelas Susi.
Produk tersebut dikenal sebagai Kerupuk Telur Asin Alifaka.
Susi mengawali bisnisnya tujuh tahun yang lalu, setelah kembali dari perantauan di Kota Yogyakarta, tepatnya pada 2019.
Kisah Keberhasilan Penduduk Kota Tegal dalam Menghidupkan Bisnis Kuliner Latopia yang Pernak-Perniknya Merosot Selama Masa Pandemi
Pada awalnya ia kebingungan dalam memilih jenis usahanya, namun setelah itu dirinya ikut menjadi bagian dari komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Brebes.
Dari kelompok tersebutlah ia mempelajari teknik mengamati, meniru, dan memodifikasi (ATM), sampai akhirnya berhasil menciptakan kreasi kerupuk telur asin.
“Ternyata yang aku temukan adalah kerupuk telur asin. Hingga tahun 2025, perkembangan berlanjut hingga melahirkan produk baru seperti emping jagung,” jelas Susi sambil bercerita tentang petualangan bisnisnya.
Susi merubah telur asin jadi kerupuk dengan langkah awal mempersiapkan campuran terpisah, yakni kuning telur dan putih telurnya.
Campuran itu kemudian dibentuk menjadi satu dengan bentuk memanjang dan bagian putih telur ditempatkan di tengahnya.
Selanjutnya adalah proses penguapan yang berlangsung selama 60 menit, kemudian disusul dengan masa pendinginan sekitar satu jam di dalam lemari es.
Selanjutnya, bahan itu dipotong halus kemudian dikeringkan dalam sinar matahari selama enam jam.
“Sesudah dikucek di bawah sinar matahari, kerupuk sudah siap dipanjat. Proses pengeringannya pun dilakukan menggunakan mesin spinner supaya kandungan air dan minyak berkurang,” terangnya.
Kisah Sukses Ivon dalam Memulai Bisnis Perhiasan, Dimulai Sebagai Hobinya dan Sekarang Pasarnya Mencapai Luar Negri
Punya Puluhan Reseller
Susi merupakan salah satu pionir dalam pembuatan krupuk dari telur asin sebagai cemilan. Pada awalnya, skala produksinya kecil dengan hanya melibatkan sejumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Perjalanannya menuju kesuksesan tidak selalu mudah, banyak pengujian yang harus dijalani sebelum menemukan racikan rasa yang tepat.
Menurut dia, apabila diukur totalnya mencapai sekitar 150 kilogram bahan yang sudah rusak dan tak dapat dikonsumsi.
Spirit bisnis saya bersemangat untuk terus berkembang dan menjelma sebagai produk unggulan yang mewah.
“Alhamdulillah berkat proses trial and error ini, saya mendapatkan banyak pengalaman dan produk premium ini mengantarkan saya ke beberapa acara bertaraf,” cerita Susi.
Pada satu hari ini, Susi mampu menghasilkan krupuk telur asin hingga antara 50 sampai 60 kilogram setiap harinya.
Terutama pada saat-saat istimewa seperti ketika hari raya Idul Fitri tiba, volume produksinya naik hingga mencapai 150 kilogram.
Penjualannya saat ini mencakup beberapa kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Bali serta semua kota di Jawa Tengah.
“Saya menggunakan seluruh bahan mentah dari dalam negeri, mencapai antara 100 hingga 150 butir telur asin setiap harinya. Sebab semuanya adalah produk lokal, saya berhasil memenuhi standar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan skor 68 persen,” jelasnya.
Desa Dermasandi, Pusat UKM Pengolahan Ikan di Tegal yang Terus Meningkat
Bukan hanya untuk mengembangkan pasarnya saja, Susi juga memiliki mitra atau reseller dari Kerupuk Telur Asin Alifaka. Jumlah para resellernya mencapai 20 orang yang terdistribusi di berbagai kota.
Terdapat pula pengecer yang telah mendirikan tempat produksi mereka sendiri di Kabupaten Temanggung.
“Selain itu, saya sangat teliti dalam pemilihan reseller. Saya lebih memilih toko oleh-oleh dengan ukuran besar misalnya di Lawang Sewu Semarang, Kampung Jogja, lalu Jakarta serta Bali,” jelasnya.
Bermula dari BRILianpreneur
Pertumbuhan penjualan Krupuk Telur Asin Alifaka menarik perhatian Susi, berkat sejumlah acara yang dirancang khusus bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Salah satu dari pengalamannya yang pertama kali terlibat dalam acara BRI UMKM EXPO(RT) BRILianpreneur di ICE BSD Tangerang, berlangsung pada bulan Januari tahun 2025.
Dari acara itu, Susi berhasil menarik banyak pembeli.
“Susian mengatakan bahwa setelah acara pameran, BRI memiliki banyak program lain. Mereka mendapatkan bimbingan untuk melakukan ekspor dan banyak pembeli datang. Tadi pagi dia bahkan sudah mengirim 20 kilogram krupuk mentah,” katanya.
Kerupuk Telur Asin Alifaka adalah salah satu usaha kecil dan menengah yang didampingi oleh BRI melalui program BRIncubator mulai tahun 2019.
Banyak sekali pelatihan serta jaringan Susi bangun bersama pemain UMKM dari seluruh Indonesia.
Sentra Serlok, Jawaban untuk Membeli Produk UMKM Autentik Kabupaten Tegal Sekarang Ada dalam Satu Lokasi
Dia baru saja ikut dalam BRI UMKM EXPO(RT) BRILianpreneur ini untuk pertama kalinya. Awalnya, ia tak menyangka akan lulus seleksi yang memperebutkan lebih dari 3.000 UMKM lainnya.
Selain itu, saya mendapatkan dukungan finansial berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 20 juta.
“Alhamdulillah sungguh bermanfaat, dapat digunakan sebagai modal dan mengalirkan usaha dengan lebih lancar. Suku bunganya pun cukup ringan,” jelas Susi.
Mulyani (55), seorang pengecer, menjelaskan alasan dirinya memilih untuk menjadi penjual produk kerupuk telur asin merk Alifaka.
Menurut dia, barang itu unik dibandingkan yang lain. Rasanya lezat serta takarannya tepat untuk rempah-rempahnya.
Dirinya menjual produk itu di warung oleh-olehnya yang berada di Jalan Pantura Brebes. Banyak warga setempat yang akhirnya memesannya.
“Miliki toko pribadi membuat saya dapat menjual produk di sana dan banyak orang menyukainya,” ujar Mulyani ketika dihubungi lewat jalur telepon.
(*)