Voxnes.com – Pengusaha tekstil di Indonesia mendesak Anindya Bakrie, yang baru terpilih sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, untuk berjuang demi kemajuan industri manufaktur nasional, termasuk sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Harapan ini disampaikan oleh Redma Gita Wirawasta, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), dalam sebuah keterangan resmi mengenai kepemimpinan Anindya Bakrie untuk periode 2024-2029.
Terpilihnya Anindya Bakrie
Anindya Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum KADIN Indonesia melalui Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) yang diselenggarakan pada Sabtu, 14 September 2024. Proses pemilihan ini kembali menyoroti adanya dualisme kepemimpinan di KADIN, mengingat Arsjad Rasjid masih akan menyelesaikan masa jabatannya hingga tahun 2026.
Redma menekankan bahwa saat ini, sektor usaha nasional, khususnya industri manufaktur, menunjukkan tanda-tanda kemunduran atau deindustrialisasi yang perlu segera diatasi. Ia mengungkapkan, “Ini harus segera disikapi dan perlu langkah perbaikan secepatnya.”
Kondisi Sektor Manufaktur
Dalam menghadapi tantangan pasar global yang berfluktuasi, Redma optimis bahwa pasar domestik masih memiliki potensi untuk tumbuh. Ia menjelaskan, “KADIN diperlukan untuk mengoordinasikan berbagai permasalahan antar sektor dan mengoptimalkan pasar domestik demi kepentingan industri kita.”
Harapan besar diletakkan pada KADIN untuk memberi masukan kepada pemerintah yang akan datang mengenai kondisi manufaktur nasional serta solusi untuk masalah yang ada. “Di tengah tekanan kondisi perekonomian bangsa, peran dunia usaha sangat penting untuk memberi masukan kepada pemerintahan mendatang,” tambahnya.
Tantangan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Sektor manufaktur saat ini menghadapi tren pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk di sektor TPT. Redma mengingatkan pentingnya menyelamatkan sektor ini agar tidak terjerumus ke dalam krisis. Ia menekankan, “Sangat penting untuk segera diselamatkan agar terhindar dari jurang krisis.”
Redma juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, diperlukan pertumbuhan industri pengolahan di atas 10%, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 25%. “Kita semua paham tantangan KADIN ke depan untuk memperjuangkan itu. Jangan sampai kinerja manufaktur jeblok lagi,” ujarnya.
Kebijakan yang Perlu Direformasi
Ke depan, Redma mendorong pemerintah untuk mengoreksi kebijakan di sektor-sektor penting seperti industri, energi, perdagangan, logistik, pertanian, dan pariwisata. Ia menekankan pentingnya kebijakan insentif yang efektif agar dapat saling mendukung dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebagai penutup, Redma menyatakan keyakinannya bahwa Anindya Bakrie memahami permasalahan dunia usaha. “Sebagai asosiasi di bawah naungan KADIN, sektor TPT siap berjuang bersama untuk mewujudkannya,” pungkasnya.
Data Terkini tentang Sektor Manufaktur
Sebagai catatan, aktivitas manufaktur di Indonesia semakin tertekan. Berdasarkan data dari S&P Global, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia untuk periode Agustus 2024 mengalami kontraksi pada angka 48,9, menurun dari 49,3 sebelumnya. Kontraksi ini terjadi akibat penurunan output dan pesanan baru yang lebih tajam, serta tercatatnya penurunan marginal pada jumlah tenaga kerja.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sepanjang Januari hingga Juni 2024, sebanyak 32.064 orang menjadi korban PHK, angka yang naik 21,4% dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah korban PHK selama periode Januari hingga Juli 2024 mencapai 42.863 orang.