Berikut adalah beberapa destinasi wisata di Klaten yang menawarkan pemandangan romantis dan Instagram-able; sangat direkomendasikan untuk dikunjungi bersama pasangan Anda.
Voxnes.com
– Perkiraan pertumbuhan platform-media sosial yang kian cepat pada masa kini juga berperan dalam mengakselerasi industri pariwisata di tanah air.
Banyak tempat wisata baru terus berkembang dan bisa diidentifikasi secara sederhana lewat platform-media sosial.
Tempat-tempat liburan yang terlihat keren di media sosial sangat disukai oleh para pelancong, berkat jumlah postingan mereka yang sering muncul di platform seperti Instagram dan Facebook.
Tempat wisata tersebut secara otomatis menjadi terkenal dan mulai dikunjungi oleh lebih banyak orang.
Satu tempat wisata yang sukses mengambil keuntungan dari hal tersebut adalah Bukit Cinta.
Tempat wisata foto-favorit ini berada di Dusun Gunung Gajah, Distrik Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Bukit Cinta bisa ditempuh dari Kota Klaten kurang lebih dalam 40 menit dan memiliki jarak kira-kira 17 kilometer.
Tempat wisata ini berjarak dekat dengan Yogyakarta dan Surakarta, cukup butuh waktu kira-kira satu jam 15 menit untuk mencapainya.
Jalur paling mudah untuk mencapai Bukit Cinta dapat ditempuh lewat Jalan Utama Cawas-Bayat, sekaligus menjadi bagian dari jalur Yogyakarta-Wonogiri.
Petunjuk untuk mencapai tujuan tersebut bisa Anda temui sepanjang jalanan ketika sampai di Kecamatan Bayat.
Tempat Foto Romantis yang Cocok untuk Dijepret di Atas Bukit
Dibawah manajemen Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) lokal, komunitas telah mentransformasi Bukit Gunung Gajah menjadi tujuan pariwisata populer yang dilengkapi dengan beberapa tempat selfie Instagram-able.
Saat sampai di tempat parkir, para pengunjung segera disuguhi panorama yang memikat hingga mereka tak sabar untuk mengambil kamera. Area parkir dan seluruh wilayah wisata sudah ditata dengan apik oleh manajemen setempat.
Pergiannya berlanjut lewat jalur sempit yang telah dikelola dengan baik, walau medan naik bukit, tapi jaraknya tak terlalu panjang.
Dibutuhkan hanya kurang lebih lima hingga sepuluh menit untuk berjalan kaki, para pengunjung akan tiba di puncak Bukit Cinta yang menyajikan berbagai tempat fotografi unik.
Di sebelum sampai ke puncak, ada sebuah warung yang menyediakan makanan dan minuman untuk menjadi tempat istirahat setelah menyeberangi jembatan.
Setibanya di puncak, pengunjung dapat menentukan beberapa area fotografi dengan tema kasih sayang yang sudah dipersiapkan, antara lain jembatan romantis, platform pandang cinta, pelabuhan cinta, kunci cinta, serta rumah cinta.
Di atas bukit, panorama yang ada sungguh memukau, sawah-sawahnya membentang luas seolah-olah karpet hijau rapi tengah dikeringkan matahari, sementara kota Klaten nampak samar di kejauhan.
Paginya merupakan momen ideal untuk mengunjungi Bukit Cinta. Apabila langit bersih dan jernih, para pengunjung dapat menikmati pemandangan Matahari Terbit yang memesona di horizon sebelah Timur.
Pemandangan akan terlihat lebih memukau dengan gunung Lawu sebagai latar saat matahari terbit. Sejumlah tokoh publik juga telah berkunjung ke Bukit Cinta ini, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, serta Bupati Klaten Sri Mulyani.
Tempat Geologi Penuh Mitos dan Legenda
Di luar sebagai tujuan pariwisata, Bukit Cinta pun merupakan lokasi geologi yang signifikan.
Area ini menjadi subjek studi untuk berbagai universitas terkemuka, seperti halnya dengan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Di wilayah tersebut terdapat batu metamorf yang diprediksi memiliki umur di atas 65 juta tahun dan berasal dari era sebelum tertiair.
Batu tersebut terdiri dari mineral mika yang mengindikasikan adanya struktur foliasi berbentuk sepihan.
Struktur seperti gelombang pada batuan tersebut timbul karena pengaruh tekanan dan temperatur sangat tinggi, sehingga merubah mineral lempung menjadi mika.
Salah satu batu besar yang ada di area tersebut adalah Watu Prau, yang memiliki cerita mitos tersendiri.
Menurut ceritanya, Joko Tuo, yang dikenal sebagai seorang laki-laki berkekuatan magis, terpikat oleh seorang perempuan bernama Roro Denok.
Ketika akan mengajukan lamaran, Roro Denok menyampaikan kondisi yang tidak mudah, yakni memintanya kepada Joko Tuo untuk membuat sebuah kapal hanya dalam satu malam. Namun, Joko Tuo bersedia menerima tantangan itu.
Akan tetapi, Roro Denok mencoba mencegah hal itu dengan berbagai usaha. Akibatnya, kapal yang tengah dikerjakan pun terbalik.
Masyarakatan lokal percaya bahwa Watu Prau berbentuk seperti perahu terbalik, sebab rupa batu tersebut memang sangat mirip dengan siluet sebuah perahu yang dibalikkan. (Voxnesia.com / Alifian Akbar/)
Kompas.com
)