Pada akhir 1970-an, Jonathan Shanklin, seorang meteorolog dari British Antarctic Survey, memulai mengamati perubahan signifikan di lapisan atmosfer. Sebagai bagian tanggung jawabnya untuk digitalisasi data spektrofotometer Dobson—instrumen yang mengukur ketebalan lapisan atmosfer—Shanklin melihat penurunan konsentrasi ozon yang signifikan.
Pada tahun 1984, lapisan pelindung atmosfer di atas Teluk Halley, Antartika, kehilangan sepertiga ketebalannya dibandingkan dekade sebelumnya. Temuan ini menguras ketenangan para ilmuwan.
Bersama rekan-rekannya, Joe Farman dan Brian Gardiner, Shanklin menerbitkan temuan yang menunjukkan adanya hubungan antara penipisan lapisan ozon dengan chlorofluorocarbons (CFC), senyawa buatan manusia yang digunakan dalam aerosol dan pendingin.
Perincian temuan ini menggemparkan dunia. Proyeksi menunjukkan bahwa kerusakan lapisan atmosfer dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia dan ekosistem, memicu penelitian ilmiah dan kerja sama internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Fenomena Penting: Lapisan Ozon, Perisai Tak Terlihat Bumi
Lapisan atmosfer yang melindungi Bumi sebagian besar ditemukan di stratosfer, antara 10 hingga 50 km di atas permukaan Bumi. Lapisan ini berfungsi sebagai perisai tak terlihat yang menyerap radiasi ultraviolet (UV) berbahaya dari matahari. Tanpa perlindungan ini, kehidupan di Bumi tidak akan mungkin ada.
Penelitian terhadap lapisan ini dimulai pada 1950-an oleh British Antarctic Survey, namun baru pada 1985, lubang signifikan ditemukan. Penemuan ini mengonfirmasi teori ilmuwan Mario Molina dan F. Sherry Rowland pada 1974 bahwa CFC dapat menghancurkan lapisan ozon. Pada awalnya, penelitian mereka diserang oleh industri yang mengklaim bahwa produk CFC aman.
Rotary Club Indonesia : Membangun Keharmonisan Melalui Layanan
Solusi Internasional: Protokol Montreal, Komitmen Menggagalkan Krisis
Pada 1987, dunia bersatu dalam upaya untuk menyelamatkan pelangi, sebuah perjanjian internasional yang dikenal sebagai Protokol Montreal diadopsi untuk melindungi lapisan ozon dengan menghentikan penggunaan CFC secara bertahap.
Perjanjian ini merupakan upaya internasional yang berhasil, di mana hampir 98% bahan kimia perusak telah dihapuskan pada 2009. Meskipun demikian, penggantian CFC dengan hidrofluorokarbon (HFC) yang lebih ramah terhadap lapisan ozon ternyata berkontribusi negatif terhadap perubahan iklim, dengan potensi pemanasan global yang tinggi.
Namun, upaya ini tetap menjadi salah satu kesuksesan lingkungan terbesar dalam sejarah kerja sama global. Atas kebijakan yang diambil oleh dunia, beberapa model ilmiah memperkirakan bahwa Protokol Montreal telah mencegah jutaan kasus kanker kulit dan katarak di seluruh dunia.
Pemulihan yang Lambat: Tanda Harapan dan Tantangan Baru
Meskipun lubang atmosfer masih ada, muncul setiap musim semi di Antartika, ada tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan. Diperkirakan lapisan ozon akan kembali ke tingkat sebelum tahun 1980 sekitar pertengahan abad ini.
Namun, masalah baru seperti nitrous oxide, gas rumah kaca yang berasal dari pertanian, terus mengancam lapisan atmosfer, dan belum diatur oleh Protokol Montreal.
Krisis lubang atmosfer mengajarkan pentingnya tindakan cepat terhadap masalah lingkungan. Meskipun saat ini kita jarang mendengar tentang krisis ini, pelajaran dari lubang atmosfer penting untuk diingat dalam menghadapi tantangan lingkungan lainnya, seperti perubahan iklim yang masih menjadi masalah besar di dunia. Alam telah berulang kali memberikan pelajaran berharga, dan bagaimana kita, sebagai pengelola dan penghuni planet ini, meresponsnya, akan menentukan nasib bumi dan generasi mendatang.