Apabila disebutkan kota Madinah, pikiran kita kemungkinan besar langsung mengarah kepada Masjid An-Nawabi yang luas, indah, serta bisa menampung ribuan jemaah umroh atau haji dari penjuru dunia. Akan tetapi, di samping Masjid tersebut, Madinah juga dikenal karena adanya beberapa masjid mini bertatahan cantik nan bermakna yang tersebar di area seputaran Masjid An-Nawabi, tepatnya di alun-alun Al-Musalla Square.
Alun-alun Al-Musalla di Madinah berada di sebelah baratdaya Masjid Nabawi. Di beberapa titik dalam area ini, Rasulullah SAW sempat mengajak ummat Muslim melakukan salat Idul Fitri, Idul Adha, serta salat Istisqa. Sebelumnya, tempat ini dikenal dengan nama Al-Manakhah.
Al-Manakhah dahulu kala adalah lahan terbuka dan tidak berpenghuni. Historisnya, wilayah tersebut dikenal sebagai “al-Manakhah,” istilah yang merujuk pada area pemberhentian bagi caravans unta. Lokasi ini pun menjadi pusat perdagangan di mana para pedagang menjual barang-barang mereka.
Utilisasi area tersebut sebagai lokasi untuk melaksanakan ritual beragama bersama dengan sentra aktivitas sosial dan ekonomi menggambarkan signifikansinya di masa permulaan catatan sejarah agama Islam. Perubahannya menjelma halaman terbuka Al-Musalla menyiratkan kontribusi besarnya dalam mewariskan budaya Islam.
Masjid-masjid yang terletak di wilayah Al-Manakhah bukanlah berasal dari zaman kehidupan Nabi Muhammad SAW atau pun periode khalifah awal. Mereka baru didirikan selama pemerintahan Gubernur Umar bin Abdul Aziz dari keluarga kerajaan Umayyah dalam rentang tahun 87 sampai 93 Hijriah. Ketika menjadi pemimpin di Madinah, dia menemukan beberapa lokasi bekas sembahyang Rasulullah di daerah Al-Manakhah dan kemudian mendirikan masjid di atas tanah itu agar tidak lenyap ditelan lupa.
Masjid-masjid pertama yang didirikan di wilayah al-Manakhah mencakup: Masjid Al-Ghamamah, Masjid Ali bin Abi Talib, serta Masjid Abu Bakar. Kemudian, Masjid Umar bin Khattab pun ikut terbangun di area tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa masjid yang terletak di area alun-alun Al-Musalla (al-Manakhah):
1. Masjid Al-Ghamamah (Masjid Al-Musolla)
Masjid Al-Ghamamah berada sekitar 200 meter dari halaman Masjid Nabawi dan kira-kira 500 meter dari gedung utama Masjid Nabawi. Sebelumnya, tempat ini digunakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai area untuk memimpin salat Id dan salat istisqa.
Pada waktu itu, kota Madinah mengalami kemarau dan Penduduk setempat memohon pada Nabi Muhammad SAW untuk mendoakan turunnya hujan dari Allah SWT.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menganjurkan warga setempat untuk menuju lokasi tertentu guna melaksanakan salat Istisqa dan berdoa sampai akhirnya terbentuklah awan di atas kota Madinah sehingga hujan pun mulai turun. Maka masjid ini dinamai Ghamama yang bermakna “awan”.
Tempat di mana Masjid Al-Ghamamah kini berada adalah situs terakhir di mana Nabi Muhammad SAW memimpin salat Id sebelum wafatnya. Lokasi ini juga menjadi saksi kegiatan salat jenazah (ghaib) bagi Raja Najasyi dari Kerajaan Habasyah (Etiopia), yang telah menyambut dan memberikan perlindungan kepada para Muslimim yang sedang melakukan hijarah pertama kalinya.
Setelah didirikan untuk pertama kalinya pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, masjid ini telah melalui berbagai tahap perbaikan dan pembaruan. Ciri khas arsitektur bangunan yang terlihat saat ini berasal dariabad ke-13 dalam Kalender Hijriyah.
Masjid Al-Ghamamah memiliki bentuk persegi panjang dan dibangun menggunakan bahan dasar batu basal hitam. Keistimewaan masjid ini ada di atapnya yang dilengkapi dengan beberapa kubah kecil berwarna putih dalam jumlah cukup besar.
Masjid tersebut memiliki dua sektor utama, yakni area gerbang masuk serta tempat ibadah salat. Gerbang masuk dilengkapi dengan lima atap berbentuk kubah, sementara zona untuk melaksanakan salat didirikan di atas enam kubah. Atap yang paling besar ditempatkan di atas mihrab. Selain itu, bangunan ini juga menambahkan sebuah meriam pada salah satu sisinya.
Untuk sementara waktu, masjid ini tertutup bagi kegiatan salat sehari-hari lantaran posisinya yang sangat dekat dengan Masjid Nabawi. Namun saat ini, tempat ibadah itu dibuka kembali kepada para tamu setiap hari dari pukul 10 pagi hingga tengah malam.
2. Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq berada sekitar 50 meter jauhnya dari Masjid Al-Ghamamah. Sesudah penambahan area Masjid Nabawi dikerjakan, posisi Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi kira-kira 145 meter dari halaman Masjid Nabawi dan 455 meter dari struktur inti Masjid Nabawi.
Masjid itu diberi nama Abu Bakar As-Shiddiq lantaran pada masa kepemimpinannya sebagai Khalifah, Abu Bakar As-Shiddiq mengawali salat Id di tempat dimana saat ini masjid tersebut terletak.
Abu Bakar As-Shiddiq mengawali salat Id dengan memimpinnya di salah satu tempat yang sebelumnya dikunjungi oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyelenggarakan ibadah salat di Al-Manakhah. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di Madinah, sebuah masjid didirikan tepat di situs itu.
Arsitektur Masjid pada masa kini memiliki asal-usul dari abad ke-13 Hijriyah. Ciri khas gaya arsitekturnya telah dijaga dengan baik sepanjang periode Kerajaan Saudi. Selain itu, Masjid tersebut senantiasa dirawat dan diperbaharui secara berkala.
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq mencakup area seluas 78 meter persegi. Struktur bangunan tersebut berupa bentuk persegi dengan sebuah kubah utama di tengah atapnya. Bagian dinding bagian timurnya didirikan menggunakan batuan basal berwarna hitam. Perpaduan antara warna hitam dan krim pada penuturan luar masjid menghasilkan desain yang serasi serta menawan. Tambahan fasilitas seperti adanya menara yang indah pun semakin mempercantik sisi tepiannya.
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq saat ini sudah tidak dipakai sebagai tempat ibadah shalat sehari-hari. Para pengunjung hanya bisa menyaksikan bagian luar dari kompleks bersejarah tersebut.
3. Masjid Ali bin Abi Thalib
Berdasarkan catatan historis, tempat masjid Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu area di mana Rasulullah SAW sempat mengimami salat di al-Manakhah. Gaya nama masjid tersebut merujuk kepada Ali bin Abi Thalib lantaran beliau menjadi imam dalam melaksanakan salat Ied Al-Adha di situs serupa pada tahun 35 Hijriyah, sewaktu kepemimpinan Usman bin Affan sebagai khalifah. Selain itu, bangunan masjid ini turut terbentuk selama masa pemerintahan Umar bin Abdulaziz atas Kota Madinah.
Strukturnya yang ada sekarang berasal dari periode kekuasaan Raja Fahd bin Abdulaziz al Saud. Di tahun 1411 Hijriah, bangunan tersebut direnovasi dan dikembangkan lebih luas.
Masjid ini ditempatkan di sebelah utara masjid Al-Ghamamah. Terdapat jarak 290 meter menuju halaman Masjid Nabawi dan hanya 100 meter ke arah masjid Abu Bakar As-Shiddiq.
Masjid Ali ibn Abi Thalib memiliki bentuk persegi panjang dengan pengecatan serba putih. Ukuran bangunan tersebut adalah 31 meter untuk panjang dan 22 meter untuk lebar. Struktur utama masjid hanya mempunyai satu area untuk salat. Atap bagian atasnya dilengkapi dengan tujuh kubah. Kubah paling tinggi ditempatkan di atas mihrab, sementara itu menaranya berada di sebelah timur.
Mosque ini dibuka bagi para tamu dari pukul 12 siang hingga 12 tengah malam.
4. Masjid Umar bin Khattab
Masjid ini diberi nama khalifah kedua, yaitu Umar bin Khattab. Ini termasuk dalam daftar beberapa masjid tertua di al-Manakhah, dengan jarak kurang lebih 133 meter dari halaman Masjid Nabawi serta memiliki jarak serupa yakni 133 meter dari Masjid Al-Ghamamah.
Saat Umar bin Khattab menjabat sebagai Khalifah, dia memilih sebuah lokasi di al-Manakhah untuk digunakan sebagai tempat salat Idul Fitri, menyusuli teladan yang diberikan Nabi Muhammad SAW. Setelah dinastia Umayyad mendirikan mesjid di situs sejarah tersebut, bangunan suci itu kemudian dikenal dengan nama Mesjid Umar bin Khattab.
Desain Masjid Umar bin Khattab mencakup gerbang utama yang luas serta area untuk salat. Area tempat sembahyang ini memiliki bentuk kotak dan dibuat menggunakan batu basal. Atap bundar besar meliputi seluruh struktur masjid tersebut.
Interior dari Masjid Umar bin Khattab merupakan yang paling istimewa jika dibandingkan dengan masjid-masjid lain di wilayah Al-Manakhah. Di bagian atas interior masjid itu, tersaji hiasan berwarna-warni dengan cuplikan-cuplikan ayat-ayat Al-Quran di tengahnya. Kubah utamanya mencapai tinggi kurang lebih 12 meter dan bangunan ini dilengkapi juga dengan menara setinggi 15 meter. Permukaan eksterior kubahnya sangat serupa dengan desain pada Masjid Abu Bakar al-Siddiq.
Para pengunjung hanya bisa melihat area terbuka di sekitar masjid tersebut.
Apabila Anda sedang mengunjungi Masjid Nabawi, jangan lupa untuk mampir ke area outdoor Al-Musalla yang ada di bagian barat dayanya. Area ini bisa dicapai lewat gerbang nomor 309 hingga 313 dari kompleks masjid tersebut.
Berikut adalah detail mengenai keempat masjid yang terdapat di area alun-alun Al-Musalla. Susunan masjid-masjid yang saling berhimpitan ini membentuk panorama alun-alun Al-Musalla yang memesona. Di samping itu, kita juga bisa menyaksikan warisan sejarah Nabi Muhammad SAW beserta para khalifah selanjutnya yang menjalankan ibadah di lokasi tersebut.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Sumber:
https://en.wikihaj.com/view/Musalla_of_the_Prophet?mobileaction=toggle_view_
desktop
https://madinah.halayalla.com/sa-en/destinations/Al-
Ghamamah-Mosque
https://madinah.halayalla.com/sa-en/destinations/Abu-Bakr-As-Siddiq-Mosque
https://madinah.halayalla.com/sa-en/destinations/Ali-bin-Abi-Talib-Mosque
https://madinah.halayalla.com/sa-en/destinations/Omar-ibn-Al-Khattab-Mosque