Dari Canda Menjadi Benang Merah: Jejak Muhammadiyah dalam Membangun Perguruan Tinggi
Organisasi Muhammadiyah telah menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan dalam mewujudkan impian membangun perguruan tinggi yang megah dan berimpact. Dari ditertawakan sebagai ide yang tak masuk akal, kini mereka bangga memiliki 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) yang tersebar luas di Indonesia.
Pada tahun 1920, di tengah forum rapat tahunan, KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, meralirkan gagasan untuk mendirikan institusi pendidikan tinggi. Usulan ini langsung diiringi tawa dan keraguan. Bagaimana mungkin Muhammadiyah, organisasi yang saat itu belum memiliki dokter dan alumni berlatar belakang akademis tinggi, bisa mendirikan universitas?
Irwan Akib, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mengungkapkan bahwa jejak sejarah ini menjadi bukti nyata bagaimana komitmen dan visi mutakhir para pendahulu Muhammadiyah. mereka tidak tertekan oleh pandangan skeptis dan terus bergerak maju untuk mewujudkan cita-cita membangun perguruan tinggi yang mencerminkan mimpi kejayaan bangsa melalui pendidikan.
Perguruan Tinggi sebagai Kontinuasi Dakwah Muhammadiyah
Pandangan maju ini, kata Irwan Akib, terinspirasi dari ajaran Al Quran dan pemahaman Kiai Dahlan tentang pendidikan.
Kiai Dahlan meyakini bahwa pendidikan bukanlah sekadar menghafal dan menguasai ilmu, tetapi juga tentang bagaimana mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Pendidikan dalam bingkai Muhammadiyah diharapkan melahirkan individu-individu yang berkarakter, berintegritas, dan mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan umat.
Terobosan dan Tantangan dalam Membangun PTMA
Perjalanan membangun 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah tidaklah mudah.
Namun, semangat dan komitmen para pegiat Muhammadiyah tak pernah padam.
Terobosan Haifa, notifikasi, dan universitas merupakan bukti nyata bahwa Muhammadiyah terus berinovasi dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Di era modern ini, PTMA tidak hanya berperan sebagai tempat pengembangan intelektual, tetapi juga sebagai wadah untuk memfasilitasi pengembangan soft skills, entrepreneurship, serta orientasi publik yang kuat.
Satu contoh konkret adalah adanya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di beberapa PTMA. Hal ini merupakan bentuk kontribusi dan usaha Muhammadiyah dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi tantangan di bidang kesehatan. Ketidakseimbangan jumlah dokter di Indonesia mendorong Muhammadiyah untuk berperan aktif dalam mencetak dokter-dokter yang kompeten dan berakhlak mulia.
Harapan bagi Generasi Muda
Irwan Akib berharap mahasiswa baru di setiap PTMA dapat mengambil semangat para pendahulu Muhammadiyah dalam membangun perguruan tinggi. Mengambil kriuce, dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam untuk merajut masa depan yang lebih baik.