Voxnes.com
,
Yogyakarta
–
Pantai Ngobaran
Di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun ini ditunjuk sebagai lokasi untuk pelaksanaan Upacara Melasti, pada hari Jumat, tanggal 14 Maret 2025.
Upacara yang menjadi elemen dalam serangkaian peringatan Hari Raya Nyepi dihadiri oleh kurang lebih 1.400 jemaah Hindu dari seluruh area Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan sebagai lambangan pembersihan batin dari segala kesalahan di masa lampau, termasuk pemurnian pikiran, ucapan, serta tindakan agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk merayakan Hari Raya Nyepi.
Di luar ritual sholat berjemaah pada upacara tersebut, terdapat juga hal-hal lain yang dilakukan.
melasti
dilaksanakan sebagai pembaruan atau penghujahan dengan cara tenggelamkan atau serahkan sesuatu ke dalam lautan.
Ribuan umat Hindu berkumpul untuk berdoa di Pura Segoro Wukir, sebuah tempat ibadah yang terletak di Pantai Ngobaran. Lokasinya ada di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Ketika jamaah Hindu membanjiri pura Pantai Ngobaran ini, atmosfer wilayah pesisir selatan tersebut menjadikan para tamu merasakan seperti berada di Pulau Bali dengan warisan budayanya yang mendalam.
“Tempat suci Pura Segoro Wukir yang terletak di Pantai Ngobaran benar-benar sudah menjadi salah satu tujuan utama untuk masyarakat Hindu di Yogyakarta, tak hanya Candi Prambanan atau Pantai Parangkusumo yang ada di kabupaten Bantul,” ungkap Penyelenggara Utama Upacara Melasti Pantai Ngobaran, Purwanto, pada hari Jumat tanggal 14 Maret tahun 2025.
Dinas Pariwisata DIY melaporkan bahwa meskipun Pantai Ngobaran tidak menawarkan garis tepi pantai yang luas atau area pasir putih lebar layaknya pantai-pantai lain di Gunungkidul, ia tetap mendapat kunjungan dari umat Hindu karena adanya cerita mitos setempat yang menjadikannya sebagai lokasi upacara.
Pada pantai yang dilengkapi dengan tebing-tebing batu kapur menjulang ke arah Samudra Hindia, terdapat suatu prasasti yang menyinggung tentang pembangunan candi dalam kawasan ini. Menurut prasasti tersebut, Pantai Ngobaran diyakini menjadi tempat dimana Prabu Brawijaya V, seorang pewaris Kerajaan Majapahit, mencapai pembebasan dari ikatan-ikatan dunia materialnya.
Berdasarkan cerita yang ada, Pantai Ngobaran dianggap sebagai tempat perlindungan terakhir bagi Prabu Brawijaya sebelum ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan pembakaran diri. Hal ini dilakukan atas dasar ketidakrelaan bertempur melawan putranya sendiri, Raden Patah, sang raja dari Kerajaan Demak.
Karakteristik unik Bali dari Pantai Ngobaran di Gunungkidul juga disebabkan oleh adanya beberapa patung dewa di daerah tersebut. Menurut Purwanto, masih terdapat berbagai proyek konstruksi yang perlu diselesaikan untuk mendukung penyelenggaraan ritual tradisional di pantai tersebut.
“Pekerjaan seperti pengerjaan candi baru serta pengembangan infrastruktur jalannya hingga ke pura tetap dalam tahap penyelesaian,” ungkapnya.
Wakil Bupati Gunung Kidul, Joko Parwoto, yang juga hadir dalam acara Melasti di Pura Segoro Wukir, Pantai Ngobaran, menekankan bahwa dari tradisi tersebut setiap orang dapat mempelajari hal-hal baru. Ia menyampaikan betapa pentingnya untuk melestarikan keseimbangan alam seperti tanah, udara, serta sumber daya air. Menurutnya, menjaga lingkungan tetap lestari merupakan bagian esensial dari Upacara Melasti ini. Dia berkata, “Penting sekali bagi kita untuk selalu berusaha membuat sekitar kita tetap indah dan segar.”
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dari Departemen Agama, Hindu, bernama Trimo, menguraikan tentang Hari Raya tersebut.
Nyepi
Pulau Jawa mempunyai arti yang amat suci. Ketika perayaan Nyepi tiba, pengikut agama Hindu melaksanakan empat aturan Puasa Terpencil, yakni tak membakar api (amati geni), menghindari pekerjaan (amati karya), tinggal di rumah tanpa jalan-jalan (amati lelungan), serta melewatkan waktu dengan tenang bukannya berhibur (amati lelanguan). Sementara itu, ritual Melasti bertujuan membersihkan lingkungan sekitarnya guna persiapan penyuci diri pribadi menjelang hari besar Nyepi.
Trimo mengusulkan tema Nyepi kali ini sebagai Tri Kerukunan Umat Beragama, yang bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya tinggal bersama secara damai dan rukun, tidak hanya di antara pemeluk agama Hindu tetapi juga antar semua komunitas beriman serta antara masyarakat dan pihak pemerintahan. “Dengan upacara membersihkan alam tersebut, kita harapkan hubungan saling mendukung di antara kelompok-kelompok itu menjadi lebih kokoh lagi, seiring dengan hal ini menciptakan sikap toleransi dalam menjalani kehidupan sosial,” jelas Trimo.
Hari Raya Nyepi Tahun 2025: Asal-usul, Arti, serta larangan saat perayaan