China Terisolasi: AS, Jepang, dan Belanda Kurangi Pasokan Teknologi Chip
Perseteruan geopolitik antara China dan Barat semakin memanas. Setelah Amerika Serikat (AS) menjadi pelopor blokir teknologi terhadap China, kini negara-negara sekutu AS juga ikut serta dalam medan perang ini.
Jepang dan AS Setujui Kebijakan Pembatasan Ekspor
Terbaru, rumor yang beredar menyebutkan AS dan Jepang akan segera mencapai kesepakatan untuk membatasi ekspor teknologi chip ke China. Laporan Reuters, Rabu (18/9/2024), mengungkapkan rencana ini berdasarkan sumber kredibel di Jepang yang menyatakan ada kekhawatiran di Tokyo mengenai potensi anjuran Beijing untuk membalas perusahaan-perusahaan Jepang.
Diketahui China merupakan pasar besar bagi industri chip global, termasuk untuk teknologi yang dikembangkan oleh Jepang. Pembatasan ekspor ini bisa berdampak signifikan bagi perekonomian kedua negara.
Belanda Perkeras Pembatasan untuk ASML
Langkah AS dan Jepang ini menyusul keputusan Belanda pada beberapa bulan lalu untuk memperluas pembatasan ekspor peralatan bikin chip dari raksasa ASML ke China. Sebelumnya, Belanda telah membatasi beberapa produk ASML untuk dibeli China, sehingga China hanya dapat membeli produk-produk ASML yang sudah lama di pasar.
Keputusan terbaru pemerintah Belanda akan menghambat akses China membeli alat litografi 1970i dan 1980i DUV (Deep Ultraviolet) dari ASML. Sementara itu, China merupakan klien terbesar ketiga ASML, yang berkontribusi terhadap 20% pemesanan produk raksasa Belanda tersebut.
Langkah AS Ditekankan
Keputusan Belanda ini dianggap sebagai bentuk keberhasilan lobi Amerika Serikat. Menteri Perdagangan Belanda Reinette Klever bahkan menyatakan bahwa pengetatan pembatasan ekspor untuk China dilakukan "untuk keselamatan kami".
Namun, Beijing merasa kecewa dengan keputusan Belanda dan secara terbuka mengkritik strategi Washington yang menekan sekutunya untuk mengikuti kontrol ekspor yang menargetkan China.
Kekhawatiran dan Ancaman Beijing
Kementerian Perdagangan China dalam siaran persnya menyatakan bahwa pemerintahan Xi Jinping menentang langkah ini dan menganggap pengetatan kontrol ekspor oleh Belanda sebagai tindakan yang merusak kerja sama China-Belanda di bidang semikonduktor. Kementerian tegas mengatakan bahwa Belanda seharusnya menghindari tindakan yang merusak kepentingan bersama perusahaan China dan Belanda.
Sampai saat ini, belum ada respons resmi dari pemerintah China terkait rencana kesepakatan terbaru AS dan Jepang.
Situasi ini menunjukkan semakin meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan teknilogi antara China dan Barat. Pembatasan ekspor teknologi crucial seperti chip semikonduktor bisa berdampak serius bagi perekonomian global dalam jangka panjang.