Kemenlu RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan ribuan alat komunikasi di Lebanon yang diduga didalangi Israel baru-baru ini.
Serangan yang terjadi pada Selasa (17/9) dengan ledakan ribuan unit penyeranta (pager) di berbagai wilayah Lebanon, sempat meresahkan, bahkan menimbulkan kekhawatiran terhadap keselamatan warga negara Indonesia.
Namun, Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kemenlu RI, Judha Nugraha menyatakan bahwa KBRI Beirut telah melakukan komunikasi intensif dengan para WNI di tengah kondisi keamanan yang rentan. Setelah memeriksa seluruh data yang ada, dipastikan tidak ada WNI yang menjadi korban dalam peristiwa ini.
Data WNI di Lebanon danProses Evakuasi
Berdasarkan data KBRI Beirut, saat ini terdapat 152 WNI yang masih menetap di Lebanon. Sejak penetapan status Siaga 1, KBRI telah memfasilitasi pemulangan 25 WNI dalam tiga tahap gelombang.
“KBRI Beirut telah menjalin komunikasi dengan para WNI di Libanon. Sejauh ini, tidak ada WNI yang menjadi korban,” ujar Judha dalam pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (20/9).
KBRI Beirut telah menetapkan kondisi Siaga 1 menandakan kondisi sangat rentan untuk seluruh wilayah Lebanon sejak 4 Agustus 2024. Status Siaga 1 sebelumnya hanya berlaku di kawasan Lebanon selatan sejak 10 Oktober 2023, usai agresi Israel ke Jalur Gaza. Hal ini menandakan tingginya tingkat kewaspadaan KBRI dalam mengawasi dan melindungi keselamatan WNI di Lebanon.
Pilihan WNI dan Upaya KBRI
Sebagian besar WNI di Lebanon yang mayoritas merupakan mahasiswa atau menikah dengan warga setempat, masih memilih bertahan di negara tersebut. KBRI Beirut akan terus menjaga komunikasi intensif dengan para WNI tersebut dan mengimbau agar mereka mengikuti proses evakuasi yang telah dipersiapkan.
“KBRI Beirut terus mengimbau WNI supaya dapat mengikuti proses evakuasi yang telah dipersiapkan,” ucap Judha.
Para WNI di Lebanon dapat menghubungi KBRI Beirut melalui saluran telepon +961-70-817-310.
Konflik Lebanon dan Serangan Terhadap Komunikasi
Akibat peristiwa ledakan perangkat komunikasi ini, Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan setidaknya terdapat 32 orang tewas dan 4.250 orang luka-luka. Dari total korban luka-luka, 30 di antaranya dalam kondisi kritis.
Pemerintah Lebanon dan Hizbullah sama-sama menuduh serangan tersebut didalangi oleh Israel. Ledakan perangkat komunikasi lain seperti protofon (walkie-talkie) juga dilaporkan kembali terjadi pada Rabu (18/9).
Peristiwa ini menggarisbawahi ketegangan dan kompleksitas situasi keamanan di Lebanon.