Dalam pemeriksaan terhadap tersangka, diungkapkan bahwa tindakan tersebut didorong oleh emosi yang muncul akibat pergesekan di jalan. Meskipun demikian, ada kekhawatiran mengenai ketidaklayakan seseorang yang sudah lulus tes kepemilikan senjata api untuk menggunakan senjata dalam keadaan tidak semestinya.
Penting untuk dicatat bahwa tersangka telah menjalani tes psikologi yang menunjukkan hasil yang baik. Namun, situasi sehari-hari yang dihadapi seharusnya memicu penggunaan senjata api hanya dalam kondisi yang dapat dibenarkan, seperti untuk membela diri. Dalam hal ini, penggunaan senjata oleh tersangka tidak mencerminkan tujuan utama kepemilikan senjata, yaitu untuk melindungi diri ketika dalam keadaan terancam.
Tindakan menggunakan senjata api dalam konteks di luar pertahanan diri menimbulkan pertanyaan serius mengenai etika dan tanggung jawab individu yang memegang senjata tersebut. Senjata api seharusnya digunakan dengan sangat hati-hati dan hanya dalam situasi yang benar-benar mengancam jiwa.
Penting bagi semua pemegang senjata api untuk memahami batasan dan tanggung jawab yang datang dengan kepemilikan tersebut. Pendidikan mengenai penggunaan senjata dan penanganan emosi sangat penting agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Ke depannya, diharapkan ada peningkatan dalam pengawasan dan pelatihan bagi pemegang senjata agar senjata digunakan sesuai dengan peruntukannya.