Voxnes.com
– Mendekati Idulfitri tahun 2025, karyawan dari berbagai industri baik milik swasta ataupun pemerintahan bakal menerima insentif lebaran ( THR ).
Pembayaran Tunjangan Hari Raya umumnya dimulai dari tengah bulan Ramadhan sampai sejumlah hari menjelang Lebaran.
Ukuranannya bisa bervariasi. Sebagai contoh, gaji sebulan untuk pekerja yang telah bekerja selama setahun atau disertai dengan tambahan beberapa tunjungan bagi pegawai negeri sipil (PNS).
Ini berarti pendapatan di bulan ini akan melebihi jumlah normalnya. Untuk mencegah uang tersebut hilang dengan cepat, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana mengatur tunjangan hari raya Idul Adha secara cerdas.
Lantas, bagaimana caranya?
Saran Mengatur DANA THR Idul Fitri dari Ahli Perencana Keuangan
Aidil Akbar Madjid, perencana keuangan dan co-founder Purwantara, menyebut bahwa sebaiknya THR dipergunakan hanya untuk kebutuhan bulan Ramadhan serta hari Idul Fitri.
Yang utamanya adalah memenuhi beban biaya hidup yang bertambah selama bulan Ramadhan. Kenaikan tersebut sebagian besar terlihat pada harga kebutuhan dasar, katanya dapat mengalami kenaikan antara 10 sampai dengan 15 persen.
“Bulan lalu dia menghabiskan uang sebesar satu juta rupiah untuk keperluan bulanan, namun di Bulan Ramadhan biayanya meningkat hingga menjadi satu setengah juta rupiah. Dia menjelaskan bahwa penambahan tersebut disimpan menggunakan dana Tunjangan Hari Raya (THR),” papar Aidil saat berbicara dengan media.
Voxnes.com
, Jumat (14/3/2025).
Selanjutnya, Aidil juga menekankan pentingnya jangan sampai melupakan bagi-bagi ke orang yang pendapatannya tergantung pada iuran bulanan kita.
Sebagai contoh, asisten rumah tangga, karyawan pembersih area perumahan, atau security yang biasanya tidak mendapatkan Tunjangan Hari Raya.
“Informasi pekerja tersebut mungkin juga menginginkan THR. Oleh karena itu, dapat disisihkan untuk mereka. Dapat setara dengan iuran bulanan kita. Sebagai contoh, Rp 50.000 atau Rp 150.000,” katanya.
Selanjutnya, alokasikan THR sebagai pembayaran zakat. Jumlah tersebut bisa bervariasi bagi tiap individu, bergantung pada besarnya tanggungan keluarga.
Setelah segalanya sudah tertata, lanjut Aidil, sisanya dapat dipakai untuk biaya pulang kampung.
Dia mengusulkan agar menyusun rancangan finansial yang mendetail saat pulang kampung. Ini mencakup biaya transportasi, tempat tinggal, buah tangan, serta kegiatan selama berada di desa kelahirannya.
“Bila terdapat saldo tersisa, barulah disimpan atau diinvestasikan. Namun jika orang tersebut tidak pulang kampung, sebagian uang tunjangan hari raya dapat dinikmati, dan sisanya boleh diinvestasikan,” jelasnya.
Apakah THR harus ditabung?
Aidil mengatakan bahwa uang tunjangan hari raya bisa habis digunakan asalkan kebutuhan jangka panjang telah tercukupi. Ini berarti mereka sudah biasa menyimpan sebagian penghasilan tiap bulannya.
Sejauh 30 tahun lamanya sebagai seorang asisten,
financial planner,
Sejak 10-15 tahun yang lalu, saya selalu mengatakan bahwa memang boleh memiliki perencanaan jangka panjang, tetapi jangan sampai melupakan pentingnya menikmati hidup ketika semua target tersebut telah terpenuhi tiap bulannya,” katanya.
Namun demikian, ia menyatakan bahwa Lebaran dan Ramadhan merupakan moment penting yang terjadi hanya sekali tiap tahunnya.
Meskipun penghasilan terbatas, tak ada ruginya menggunakan sebagian dari tunjangan hari raya tersebut, seperti untuk biaya pulang kampung.
“Sebab pergi pulang kampung hanya terjadi satu kali dalam setahun, mungkin saja tidak bertepatan dengan bulan Ramadhan berikutnya dan hal ini tak ternilai dengan harta,” katanya.
Bagi-bagi THR ke keluarga
Di luar penggunaannya untuk pribadi, THR dapat digunakan juga sebagai uang hibah selama perayaan Idul Fitri.
Walaupun tidak ada aturan pasti, Aidil mengusulkan untuk tidak mensetting harapan terlalu tinggi ketika membagikan THR kepada keluarga, bahkan jika seseorang memiliki dana yang melimpah.
“Lihat dahulu kebutuhan anaknya, sesuaikan dengan jumlah angpau yang didapat. Contohnya, untuk anak sekolah dasar mungkin sekitar Rp 10.000 sudah cukup, sedangkan untuk SMP dan SMA bisa antara Rp 20.000 hingga Rp 50.000. Untuk biaya kuliah mungkin memerlukan angpau senilai Rp 100.000,” jelasnya sebagai contoh.
Menurut dia, metode ini secara tidak langsung juga bisa membantu mendidik anak-anak, terlebih yang masih dini, untuk lebih menghargai setiap rupiah tanpa memandang besarnya nilai.
“Anak-anak mungkin belum memahami nilai uang, jadi jika mereka selalu diberi uang saku dalam warna merah atau biru, hal ini bisa menurunkan martabat mata uang lain yang lebih rendah dan membuatnya tampak kurang bernilai,” jelaskannya.
Dia menyebut bahwa momen memberikan Tunjangan Hari Raya pada masa Lebaran dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menabung. Sebagai contoh, orang tua bisa menganjurkan kepada mereka supaya setengah dari uang saku atau amplop merah yang diterima harus ditabung.