Pemanasan Global: SuaraWarning dari Batang Pohon
Jakarta, VOXNES – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan kekhawatiran mendalam tentang dampak pemanasan global. Para ilmuwan menemukan bukti mengerikan dari ‘kiamat’ yang semakin dekat, tersembunyi di dalam jejak terukir pada batang pohon.
Mitos ‘Ultra sibuksi’ Diungkap Seberkas Pohon
Ulf Buntgen, seorang profesor di University of Cambridge dan timnya mengungkap rahasia masa lalu Bumi melalui analisis lingkar pertumbuhan pohon, yang dikenal sebagai cincin tahunan.
Teknik yang dikenal sebagai dendrokronologi ini memungkinkan para peneliti untuk menelusuri sejarah iklim dalam rentang waktu ribuan tahun. Dengan menganalisis lebar dan pola bentuk cincin tahunan, para ahli dapat mengetahui suhu, curah hujan, dan kondisi lingkungan pada periode tertentu.
Hasil penelitian yang mengguncang ini menunjukkan bahwa tahun 2023 adalah periode terpanas setidaknya selama 2.000 tahun terakhir. Trend ini disebut Buntgen akan berlanjut jika tidak ada tindakan tegas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Bukti Mengerikan dari Sejarah Bumi
"Sejarah Bumi memberikan gambaran yang sangat jelas tentang betapa luar biasanya pemanasan global di periode ini. Tahun 2023 menjadi tahun terpanas dalam catatan sejarah terakhir," ujar Buntgen, dikutip Jumat (13/09/2024).
Studi tersebut menunjukkan beberapa periode ekstrem dalam 2.000 tahun terakhir. Suhu terdingin tercatat pada tahun 536, dengan suhu musim panas turun 3,93 derajat Celcius dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan suhu pada awal Revolusi Industri juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan pemanasan terjadi saat ini. Musim panas tahun 2023 mencatat peningkatan suhu 2,07 derajat Celcius dibandingkan suhu rata-rata pada tahun 1850 dan 1900.
Target Paris Terlalu Ideal dan Kurang Jelas
Temuan ini mempertanyakan target kenaikan suhu yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015. Perjanjian itu menetapkan target kenaikan suhu maksimum 1,52 derajat Celcius diatas suhu rata-rata tahun 1850-1900. Namun, penelitian Buntgen dan timnya menunjukkan kenaikan suhu yang lebih tinggi, yaitu 2,2 derajat Celcius.
"Memang benar iklim selalu berubah, tetapi pemanasan pada tahun 2023, yang disebabkan oleh gas rumah kaca dan diperparah oleh El Nino, mengakibatkan gelombang panas dan periode kekeringan yang lebih panjang. Ini menunjukkan perlunya untuk segera mengurangi emisi gas rumah kaca," ujar Jan Esper, seorang profesor di Johannes Gutenberg University Mainz.
Inisiatif Penting untuk Masa Depan
Studi ini menegaskan urgensi demi menyelamatkan bumi dari dampak pemanasan global yang semakin parah.
Langkah-langkah segera diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target emisi nol karbon. Investasi dalam energi terbarukan, efisiensi energi, dan konservasi hutan adalah beberapa langkah penting yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim ini.
Penelitian ini juga mengingatkan kita bahwa kehidupan manusia dan planet kita saling terkait. Kebijakan yang didorong oleh data dan sains, dikombinasikan dengan kolaborasi global yang kuat, adalah kunci untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan.