Dengan menggunakan situs ini, Anda setuju dengan Kebijakan Privasi dan Ketentuan Penggunaan.
Terima
Selasa, 17 Jun 2025
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Ikuti Buletin
Voxnes Logo Voxnes Logo
  • Berita
  • Nusantara

    Polisi: Kasus Pornografi Hasilkan Rp 50 Juta per Bulan

    Oleh Angga Maulana

    Tim Elite PLN Lakukan Perawatan Jaringan Bertegangan Tinggi

    Oleh Angga Maulana

    Pujian dari Striker Australia untuk Timnas Indonesia Sebelum Pertandingan: Kisahnya tentang Duel di GBK

    Oleh Rany Nasution

    Australia vs Indonesia: Erick Thohir Tak Berniat Sebut Target: Momentum tak Berulang Dua Kali

    Oleh Rany Nasution

    Pemkab Madiun Teken Kerja Sama Proyek KPBU Alat Penerangan Jalan

    Oleh Angga Maulana

    Warga Putussibau Berburu Ikan Arwana Saat Banjir Surut

    Oleh Angga Maulana
  • Global
  • Bisnis
    Begini Cara Bayar Pajak Jasa Kesenian dan Hiburan Secara Online

    Dapatkan! Registrasi PBJT Jasa Kesenian Hiburan Online

    Oleh cris a jeni putri
    Serikat Buruh Berharap Kisruh Internal Kadin tak Berlarut-larut

    Buruh Harapkan Selesai Soon Kisruh Internal Kadin

    Oleh Adi Ariyanto
    PMI Manufaktur Jeblok Lagi, Menperin Sebut Kebijakan Internal Jadi Biang Keladinya

    Indonesia Crisis! PMI Manufaktur Terpuruk, Kebijakan Internal Dipertanyakan

    Oleh Adi Ariyanto
    Sudah di Depan Mata, MIP Batu Bara Tinggal Tunggu Paraf 1 Menteri

    Pemerintah Dekat Bentuk Badan Pengelola Iuran Batu Bara

    Oleh cris a jeni putri
    Sri Mulyani Ungkap Alasan Pegawai Kemenkeu Jadi PNS Paling Tajir di RI

    Sri Mulyani Jelaskan Kenaikan Pendapatan PNS Kementerian Keuangan

    Oleh cris a jeni putri
    Aplikasi GPOS B2B dikembangkan oleh Argon Group, kelompok usaha memperkuat ekosistem digital kesehatan untuk mempermudah akses ke produk kesehatan.

    Transformasi Digital, Argon Group Kembangkan Aplikasi Belanja Produk Kesehatan

    Oleh Angga Maulana
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Indeks
Perbesar FontAa
VoxnesVoxnes
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Search
  • Nusantara
  • Global
  • Opini
  • Sosok
  • Bisnis
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Edukasi
  • Olahraga
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Voxnes > Dunia Kampus > Fenomena “Efek Kobra” dalam Dunia Akademik: Sebuah Refleksi Terhadap Produktivitas Publikasi Ilmiah Dosen
Dunia KampusEduaction

Fenomena “Efek Kobra” dalam Dunia Akademik: Sebuah Refleksi Terhadap Produktivitas Publikasi Ilmiah Dosen

Dina Fadilah
Terakhir diperbarui: 20 September 2024 7:46 am
Dina Fadilah
Bagikan
Screenshot 2024 09 20 143940
Bagikan

Dalam dunia akademik, riset dan publikasi karya ilmiah telah menjadi tolak ukur utama untuk menilai produktivitas dan kompetensi dosen. Semakin tinggi jabatan akademik seorang dosen, semakin besar pula bobot persentase untuk penelitian dan publikasi karya ilmiah dalam evaluasi karirnya. Sayangnya, kebijakan yang bertujuan mendorong peningkatan produktivitas akademik justru menciptakan fenomena negatif yang dikenal sebagai Efek Kobra, di mana langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki masalah berbalik menjadi bumerang.

Produktivitas yang Tidak Wajar

Dalam beberapa kasus, fenomena ini tampak pada dosen yang mampu mempublikasikan puluhan hingga ratusan artikel dalam setahun. Secara metodologis dan prosedural, hal ini patut dipertanyakan, terutama jika mereka menggunakan jalan pintas yang meragukan integritas akademik. Salah satu cara yang sering digunakan adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk memproduksi artikel dengan cepat, atau bahkan menggunakan jasa ghost writer. Selain itu, banyak dosen yang memanfaatkan karya tugas akhir mahasiswa seperti skripsi, tesis, atau disertasi untuk diterbitkan sebagai artikel jurnal. Fenomena arisan artikel juga menjadi salah satu cara lain untuk memastikan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi, khususnya yang terindeks Scopus.

Praktik-praktik seperti ini menciptakan sebuah paradoks, di mana jumlah publikasi ilmiah meningkat secara signifikan, tetapi kualitas serta integritas akademik justru menurun. Dalam konteks ini, kuantitas menjadi prioritas yang menenggelamkan kualitas, dan akhirnya merusak fondasi integritas akademik di pendidikan tinggi.

Meningkatnya Tekanan untuk Publikasi

Penyebab utama dari fenomena ini adalah regulasi yang mengikat produktivitas akademik dengan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi internasional. Kebijakan yang menuntut publikasi di jurnal terindeks Scopus sebagai syarat kenaikan jabatan dan kelulusan mahasiswa Doktoral telah menimbulkan tekanan yang luar biasa bagi para dosen. Selain itu, beberapa perguruan tinggi menawarkan insentif finansial yang besar bagi dosen yang berhasil mempublikasikan riset mereka di jurnal internasional bereputasi. Kombinasi antara regulasi ketat dan insentif besar ini membuat banyak dosen tergoda untuk mengambil jalan pintas guna memenuhi tuntutan tersebut.

Baca Juga:Mobil Listrik SMK Wujud Pengembangan Ekonomi Saat Pandemi

Pada awalnya, upaya ini bertujuan baik. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berusaha meningkatkan jumlah publikasi ilmiah dosen Indonesia di jurnal bereputasi untuk menyaingi negara-negara tetangga, seperti Malaysia. Pada tahun 2016, jumlah publikasi ilmiah dosen Indonesia yang terindeks Scopus mencapai 9.457 karya, melebihi target kementerian yang hanya 6.229. Namun, peningkatan jumlah ini disertai dengan praktik-praktik yang meragukan dan mengarah pada eksploitasi sistem.

Jurnal Predator dan Praktik Curang

Seiring dengan tekanan untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional, munculnya jurnal predator semakin memperburuk situasi. Jurnal-jurnal ini biasanya berbayar, menawarkan proses publikasi yang cepat tanpa melalui proses peer review yang ketat, dan dengan demikian, memungkinkan publikasi artikel tanpa jaminan kualitas ilmiah yang memadai. Para “peternak artikel” dan “peternak jurnal Scopus” menjadi fenomena yang umum, di mana dosen-dosen yang merasa tertekan atau ingin cepat menaikkan karir akademik mereka, tertarik untuk memanfaatkan jasa pembuatan artikel dan publikasi melalui jalur ini.

Di sisi lain, riset yang dilakukan oleh Charles University Praha dalam studi mereka berjudul “Predatory Publishing in Scopus: Evidence on Cross-Country Differences” menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kedua dengan jumlah publikasi terbesar di jurnal predator terindeks Scopus pada periode 2015-2017. Data ini semakin menguatkan bukti bahwa banyak dosen yang tergoda untuk memanfaatkan jurnal predator sebagai jalan pintas untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat dan jabatan akademik mereka.

Moralitas dan Integritas yang Tergadai

Fenomena Efek Kobra dalam publikasi ilmiah dosen ini tidak hanya berdampak pada kuantitas publikasi, tetapi juga menggoyahkan moralitas, integritas, dan kualitas akademik dalam pendidikan tinggi. Bagaimana tidak, dosen yang seharusnya menjadi peneliti utama dan teladan bagi mahasiswa dalam hal etika akademik justru terjebak dalam praktik-praktik curang. Jalan pintas ini, meskipun memberikan hasil publikasi yang besar dalam waktu singkat, merusak esensi dari penelitian itu sendiri, yang seharusnya didasarkan pada eksplorasi ilmiah yang mendalam dan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kembali ke Jalan yang Benar

Baca Juga:Bantu Lembaga Pendidikan, Ini Inovasi InfraDigital

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang tidak hanya memperbaiki regulasi tetapi juga membangun kembali integritas akademik di kalangan dosen. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar dosen dapat kembali ke jalan yang benar dalam menjalani karir akademik mereka.

  1. Revisi Kebijakan Publikasi
    Regulasi yang terlalu ketat dan menuntut jumlah publikasi yang besar perlu dievaluasi ulang. Sebagai contoh, syarat wajib publikasi di jurnal Scopus untuk mahasiswa Doktoral bisa diubah menjadi syarat khusus untuk mendapatkan gelar cum laude, bukan sebagai syarat mutlak untuk kelulusan. Hal ini dapat mengurangi tekanan yang berlebihan bagi mahasiswa dan dosen, serta meminimalkan godaan untuk mengambil jalan pintas.
  2. Academic Writing Clinic
    Setiap perguruan tinggi perlu memiliki klinik penulisan akademik yang berfungsi sebagai tempat rehabilitasi bagi dosen yang telah terjebak dalam Efek Kobra. Klinik ini dapat menyediakan pelatihan intensif mengenai riset yang benar, penulisan akademik, dan etika publikasi. Dosen perlu memahami perbedaan antara riset untuk tugas akhir dan riset untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi yang mengedepankan standar etik internasional.
  3. Membangun Kesadaran Esensi Dosen sebagai Peneliti
    Penting untuk mengingatkan kembali esensi dari profesi dosen sebagai peneliti. Produktivitas dosen tidak seharusnya hanya diukur dari jumlah publikasi yang dihasilkan, tetapi juga dari kualitas riset dan kontribusi ilmiahnya terhadap masyarakat. Sistem penghargaan akademik perlu mengedepankan aspek etika dan integritas dalam menilai produktivitas dosen.

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mencegah Efek Kobra dari semakin merusak dunia akademik, sekaligus mengembalikan esensi riset dan publikasi ilmiah sebagai bagian dari kontribusi dosen terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Bagikan Artikel Ini
Twitter Email Salin Tautan Cetak
Artikel Sebelumnya YouTube Berubah Total, Bukan Cuma Raffi Ahmad yang Bisa Kaya Jualan Online di YouTube: Seperti TikTok Shop, Begini Caranya
Artikel Berikutnya Rekap Hasil Voli PON 2024: Jawa Barat dan Jawa Timur Berkuasa Usai Raih Medali Emas Jawa Barat & Jatim Juara Voli PON 2024, Raih Medali Emas

Sumber Terpercaya untuk Informasi Akurat dan Terbaru!

Kami berkomitmen untuk menyajikan berita yang akurat, objektif, dan terkini. Itulah sebabnya banyak orang mempercayai kami untuk mendapatkan informasi terbaru. Ikuti kami untuk pembaruan real-time tentang berita dan tren terbaru!
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Posting Populer

Kurir 8 Kg Sabu di Medan Dihukum Seumur Hidup

VOXNES.com, MEDAN -- Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan menghukum seumur hidup lima kurir yang membawa…

Oleh Angga Maulana

Mencoba Nyali Patrick Kluivert: Implementasi Formasi 4-3-3 Lawan Australia

Jakarta - Penggemar sepak bola Indonesia dari seluruh penjuru sudah tidak sabar menyaksikan permulaan karier…

Oleh Rany Nasution

Pencegahan dan Penanganan Stunting Harus Secara Paralel

VOXNES.com, JAKARTA -- TIM Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), kembali menyelenggarakan acara rutin…

Oleh Angga Maulana

Anda Mungkin Juga Menyukainya

653209549dec536b93c28c52b3e4f7d2
Dunia Kampus

Tantangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Era Kecerdasan Buatan (AI)

Oleh Dina Fadilah
5 Latihan Soal Tes TIU CPNS Bab Logika Arsimetik beserta Jawabannya
Eduaction

Latihan Soal Logika Arismetik TIU CPNS: Lengkap Jawaban

Oleh Dina Fadilah
5 Latihan Soal Tes TIU CPNS Bab Logika Arsimetik beserta Jawabannya
Eduaction

Selesaikan! Latihan Soal Logika Arsimetik TIU CPNS

Oleh Dina Fadilah
Guru Merupakan Kunci Keberhasilan Pendidikan
Eduaction

Peran Penting Guru dalam Menuju Kesuksesan Pendidikan

Oleh Dina Fadilah
Voxnes Logo Voxnes Logo
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Kanal

  • Voxnes Nusantara
  • Voxnes Global
  • Opini & Analisis
  • Sosok & Inspirasi
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi & Inovasi
  • Gaya Hidup & Kesehatan
  • Hiburan & Budaya Pop
  • Lingkungan & Alam
  • Edukasi & Pengembangan Diri
  • Komunitas & Sosial
  • Olahraga

Berlangganan Newsletter

Daftarkan diri Anda untuk menerima artikel terbaru kami langsung di inbox Anda!

  • Disclaimer
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Kontak

Copyright 2024 Voxnes Media. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi?