Dengan menggunakan situs ini, Anda setuju dengan Kebijakan Privasi dan Ketentuan Penggunaan.
Terima
Minggu, 6 Jul 2025
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Ikuti Buletin
Voxnes Logo Voxnes Logo
  • Berita
  • Nusantara

    Pemkab Madiun Teken Kerja Sama Proyek KPBU Alat Penerangan Jalan

    Oleh Angga Maulana

    Ketua DPR: Polri-Interpol Segera Ungkap Iklan PRT Indonesia

    Oleh Angga Maulana

    Penyaluran Bantuan Air Bersih di Cianjur Dilakukan Sampai Malam

    Oleh Angga Maulana

    Tak Perlu Ke Bali, Klaten Sajikan Surga Air Seperti Pulau Dewata, Hanya 1 Jam dari Solo

    Oleh Rany Nasution

    Penambahan Covid-19 dI Probolinggo Catat Rekor, 145 Kasus

    Oleh Angga Maulana

    7 Kota dengan Kuliner Kaki Lima Terbaik di Asia Versi Agoda

    Oleh Rany Nasution
  • Global
  • Bisnis
    Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

    Pemerintah akan Tawarkan 79 Proyek di Pertemuan IMF-WB

    Oleh Angga Maulana
    'Perang' China VS Eropa Masuki Babak Baru, Mau Damai?

    Kepala Perdagangan UE dan China Diskusikan Tarif Kendaraan Listrik

    Oleh cris a jeni putri
    Bank Sumsel Babel Kembali Jadi Juara di Ajang Frontliner Championship BPDSI 2024

    Bank Sumsel Babel Raih Prestasi di Frontliner Championship BPDSI 2024

    Oleh Adi Ariyanto
    Layanan TelkomGroup baik fixed maupun mobile broadband di beberapa wilayah Indonesia sudah berangsur pulih setelah gangguan pada sistem komunikasi kabel laut Jawa, Sumatera dan Kalimantan (JaSuKa) ruas Batam-Pontianak sekitar pukul 17.33 WIB kemarin (19/9) mulai kembali normal.

    Layanan TelkomGroup Kembali Normal Usai Perbaikan Kabel Laut

    Oleh Angga Maulana
    Petugas keamanan berjaga di Check Poin 28 sebagai akses keluar masuk kendaraan PT Freeport di Timika, Papua, Minggu (30/4).

    Menteri Luhut: Divestasi Freeport Selesai 2019

    Oleh Angga Maulana
    PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) mengantongi pendapatan Rp 7,8 triliun di semester I 2023 atau tumbuh lima persen  dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

    Bukukan Pendapatan Rp 7,8 Triliun, CSAP Ekspansi Segmen Ritel Modern

    Oleh Angga Maulana
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Indeks
Perbesar FontAa
VoxnesVoxnes
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Search
  • Nusantara
  • Global
  • Opini
  • Sosok
  • Bisnis
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Edukasi
  • Olahraga
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Voxnes > Dunia Kampus > Fenomena “Efek Kobra” dalam Dunia Akademik: Sebuah Refleksi Terhadap Produktivitas Publikasi Ilmiah Dosen
Dunia KampusEduaction

Fenomena “Efek Kobra” dalam Dunia Akademik: Sebuah Refleksi Terhadap Produktivitas Publikasi Ilmiah Dosen

Dina Fadilah
Terakhir diperbarui: 20 September 2024 7:46 am
Dina Fadilah
Bagikan
Screenshot 2024 09 20 143940
Bagikan

Dalam dunia akademik, riset dan publikasi karya ilmiah telah menjadi tolak ukur utama untuk menilai produktivitas dan kompetensi dosen. Semakin tinggi jabatan akademik seorang dosen, semakin besar pula bobot persentase untuk penelitian dan publikasi karya ilmiah dalam evaluasi karirnya. Sayangnya, kebijakan yang bertujuan mendorong peningkatan produktivitas akademik justru menciptakan fenomena negatif yang dikenal sebagai Efek Kobra, di mana langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki masalah berbalik menjadi bumerang.

Produktivitas yang Tidak Wajar

Dalam beberapa kasus, fenomena ini tampak pada dosen yang mampu mempublikasikan puluhan hingga ratusan artikel dalam setahun. Secara metodologis dan prosedural, hal ini patut dipertanyakan, terutama jika mereka menggunakan jalan pintas yang meragukan integritas akademik. Salah satu cara yang sering digunakan adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk memproduksi artikel dengan cepat, atau bahkan menggunakan jasa ghost writer. Selain itu, banyak dosen yang memanfaatkan karya tugas akhir mahasiswa seperti skripsi, tesis, atau disertasi untuk diterbitkan sebagai artikel jurnal. Fenomena arisan artikel juga menjadi salah satu cara lain untuk memastikan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi, khususnya yang terindeks Scopus.

Praktik-praktik seperti ini menciptakan sebuah paradoks, di mana jumlah publikasi ilmiah meningkat secara signifikan, tetapi kualitas serta integritas akademik justru menurun. Dalam konteks ini, kuantitas menjadi prioritas yang menenggelamkan kualitas, dan akhirnya merusak fondasi integritas akademik di pendidikan tinggi.

Meningkatnya Tekanan untuk Publikasi

Penyebab utama dari fenomena ini adalah regulasi yang mengikat produktivitas akademik dengan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi internasional. Kebijakan yang menuntut publikasi di jurnal terindeks Scopus sebagai syarat kenaikan jabatan dan kelulusan mahasiswa Doktoral telah menimbulkan tekanan yang luar biasa bagi para dosen. Selain itu, beberapa perguruan tinggi menawarkan insentif finansial yang besar bagi dosen yang berhasil mempublikasikan riset mereka di jurnal internasional bereputasi. Kombinasi antara regulasi ketat dan insentif besar ini membuat banyak dosen tergoda untuk mengambil jalan pintas guna memenuhi tuntutan tersebut.

Baca Juga:Mobil Listrik SMK Wujud Pengembangan Ekonomi Saat Pandemi

Pada awalnya, upaya ini bertujuan baik. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berusaha meningkatkan jumlah publikasi ilmiah dosen Indonesia di jurnal bereputasi untuk menyaingi negara-negara tetangga, seperti Malaysia. Pada tahun 2016, jumlah publikasi ilmiah dosen Indonesia yang terindeks Scopus mencapai 9.457 karya, melebihi target kementerian yang hanya 6.229. Namun, peningkatan jumlah ini disertai dengan praktik-praktik yang meragukan dan mengarah pada eksploitasi sistem.

Jurnal Predator dan Praktik Curang

Seiring dengan tekanan untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional, munculnya jurnal predator semakin memperburuk situasi. Jurnal-jurnal ini biasanya berbayar, menawarkan proses publikasi yang cepat tanpa melalui proses peer review yang ketat, dan dengan demikian, memungkinkan publikasi artikel tanpa jaminan kualitas ilmiah yang memadai. Para “peternak artikel” dan “peternak jurnal Scopus” menjadi fenomena yang umum, di mana dosen-dosen yang merasa tertekan atau ingin cepat menaikkan karir akademik mereka, tertarik untuk memanfaatkan jasa pembuatan artikel dan publikasi melalui jalur ini.

Di sisi lain, riset yang dilakukan oleh Charles University Praha dalam studi mereka berjudul “Predatory Publishing in Scopus: Evidence on Cross-Country Differences” menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kedua dengan jumlah publikasi terbesar di jurnal predator terindeks Scopus pada periode 2015-2017. Data ini semakin menguatkan bukti bahwa banyak dosen yang tergoda untuk memanfaatkan jurnal predator sebagai jalan pintas untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat dan jabatan akademik mereka.

Moralitas dan Integritas yang Tergadai

Fenomena Efek Kobra dalam publikasi ilmiah dosen ini tidak hanya berdampak pada kuantitas publikasi, tetapi juga menggoyahkan moralitas, integritas, dan kualitas akademik dalam pendidikan tinggi. Bagaimana tidak, dosen yang seharusnya menjadi peneliti utama dan teladan bagi mahasiswa dalam hal etika akademik justru terjebak dalam praktik-praktik curang. Jalan pintas ini, meskipun memberikan hasil publikasi yang besar dalam waktu singkat, merusak esensi dari penelitian itu sendiri, yang seharusnya didasarkan pada eksplorasi ilmiah yang mendalam dan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kembali ke Jalan yang Benar

Baca Juga:Bantu Lembaga Pendidikan, Ini Inovasi InfraDigital

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang tidak hanya memperbaiki regulasi tetapi juga membangun kembali integritas akademik di kalangan dosen. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar dosen dapat kembali ke jalan yang benar dalam menjalani karir akademik mereka.

  1. Revisi Kebijakan Publikasi
    Regulasi yang terlalu ketat dan menuntut jumlah publikasi yang besar perlu dievaluasi ulang. Sebagai contoh, syarat wajib publikasi di jurnal Scopus untuk mahasiswa Doktoral bisa diubah menjadi syarat khusus untuk mendapatkan gelar cum laude, bukan sebagai syarat mutlak untuk kelulusan. Hal ini dapat mengurangi tekanan yang berlebihan bagi mahasiswa dan dosen, serta meminimalkan godaan untuk mengambil jalan pintas.
  2. Academic Writing Clinic
    Setiap perguruan tinggi perlu memiliki klinik penulisan akademik yang berfungsi sebagai tempat rehabilitasi bagi dosen yang telah terjebak dalam Efek Kobra. Klinik ini dapat menyediakan pelatihan intensif mengenai riset yang benar, penulisan akademik, dan etika publikasi. Dosen perlu memahami perbedaan antara riset untuk tugas akhir dan riset untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi yang mengedepankan standar etik internasional.
  3. Membangun Kesadaran Esensi Dosen sebagai Peneliti
    Penting untuk mengingatkan kembali esensi dari profesi dosen sebagai peneliti. Produktivitas dosen tidak seharusnya hanya diukur dari jumlah publikasi yang dihasilkan, tetapi juga dari kualitas riset dan kontribusi ilmiahnya terhadap masyarakat. Sistem penghargaan akademik perlu mengedepankan aspek etika dan integritas dalam menilai produktivitas dosen.

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mencegah Efek Kobra dari semakin merusak dunia akademik, sekaligus mengembalikan esensi riset dan publikasi ilmiah sebagai bagian dari kontribusi dosen terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Bagikan Artikel Ini
Twitter Email Salin Tautan Cetak
Artikel Sebelumnya YouTube Berubah Total, Bukan Cuma Raffi Ahmad yang Bisa Kaya Jualan Online di YouTube: Seperti TikTok Shop, Begini Caranya
Artikel Berikutnya Rekap Hasil Voli PON 2024: Jawa Barat dan Jawa Timur Berkuasa Usai Raih Medali Emas Jawa Barat & Jatim Juara Voli PON 2024, Raih Medali Emas

Sumber Terpercaya untuk Informasi Akurat dan Terbaru!

Kami berkomitmen untuk menyajikan berita yang akurat, objektif, dan terkini. Itulah sebabnya banyak orang mempercayai kami untuk mendapatkan informasi terbaru. Ikuti kami untuk pembaruan real-time tentang berita dan tren terbaru!
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Posting Populer

Revolusi Pemanasan Industri: Reaktor Elektrik Berpotensi Kurangi Emisi Karbon

STANFORD, CALIFORNIA – Para ilmuwan dari Stanford Engineering telah mencapai penemuan revolusioner dengan mengembangkan reaktor…

Oleh Rany Nasution

Update Terbaru: 23 Pemain Timnas Indonesia Tiba di Sydney, Siap Hadapi Australia bersama Jordi Amat

Voxnes.com mengupdate daftar pemain Tim Nasional Indonesia yang akan tiba pada hari Senin (17/3/2025) di…

Oleh Rany Nasution

Pajak: Warisan Firaun yang Masih Menghantui Hingga Saat Ini

Pajak: Sejak Firaun hingga Kini Pajak, instrumen kebijakan pemerintah untuk mendongkrak penerimaan negara, seringkali menjadi…

Oleh cris a jeni putri

Anda Mungkin Juga Menyukainya

8 Ungkapan yang Mengandung Pengertian Cepat Tersinggung
Eduaction

Memahami Ungkapan: Kunci Menyelami Makna di Balik Kata

Oleh Dina Fadilah
Jadwal Pengumuman Seleksi Administrasi CPNS Kemendikbud-Kemenag 2024
Eduaction

CPNS Kemendikbud-Kemenag 2024: Cek Jadwal Pengumuman Seleksi Administrasi

Oleh Dina Fadilah
image 870x 660a97d9eec06
Eduaction

Kembangkan Keterampilan AI: Tantangan untuk Mahasiswa

Oleh Dina Fadilah
meriah prasetya alumni angkatan 30 sma taruna nusantara 220721t
Eduaction

Calon Taruna? Ini Syarat dan Kriteria Penerimaan

Oleh Dina Fadilah
Voxnes Logo Voxnes Logo
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Kanal

  • Voxnes Nusantara
  • Voxnes Global
  • Opini & Analisis
  • Sosok & Inspirasi
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi & Inovasi
  • Gaya Hidup & Kesehatan
  • Hiburan & Budaya Pop
  • Lingkungan & Alam
  • Edukasi & Pengembangan Diri
  • Komunitas & Sosial
  • Olahraga

Berlangganan Newsletter

Daftarkan diri Anda untuk menerima artikel terbaru kami langsung di inbox Anda!

  • Disclaimer
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Kontak

Copyright 2024 Voxnes Media. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi?