Voxnes.com
– Dalam ayat Fidya Kamalinda, Hindarto mengungkapkan momen-momen tepat sebelum sang putri berjumpa dengan personel pemadam kebakaran.
Atlet Taekwondo tersebut sebenarnya sudah berkeluarga dengan petugas Damkar yang dikenal sebagai Yuri Junjunan.
Ternyata, Hindarto menyampaikan bahwa dia baru saja mengetahui pernikahan putranya ketika mediasi berlangsung di Polda Jabar.
Pada waktu tersebut, mediasinya melibatkan Fidya, Yuri serta keduaorangtuanya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua orang tua Fidya menerima berita yang sangat mengejutkan.
Ternyata Fidya telah menikah dengan Yuri tanpa diketahui oleh Hindarto beserta istrinya, Khadijah.
Hindarto juga bercerita tentang momen-momen penting saat putrinya bertemu dengan Yuri Junjunan.
Kejadian tersebut berlangsung sebelum Fidya hilang di tahun 2015 lalu.
Pada saat mendekati hari raya Idul Fitri, Fidya mempunyai cukup banyak waktu luang.
Fidya menghabiskan waktu luangnya dengan berlatih taekwondo bersama kawan-kawannya.
“Selanjutnya, Yuri yang juga datang bersama-sama menambahkan bahwa dia mengajak kira-kira lima siswa lain yang berasal dari lingkungan kerjanya atau departemen yang sama dengan Yuri,” jelas Hindarto, demikian dilaporkan oleh saluran TV One pada hari Jumat, 14 Maret 2025.
Hindarto mengatakan bahwa Yuri bekerja sebagai pegawai pemadam kebakaran.
“Dia adalah (Yuri), seorang petugas pemadam kebakaran. Seorang oknum dari petugas pemadam kebakaran,” ungkapnya.
Kedua orangtuanya merasa curiga ketika Fidya meminta izin untuk mengkaji lebih dalam tentang agama Islam atau ilmu keagamaan dari Hindarto.
Walaupun sudah berkali-kali meminta persetujuan, pada mulanya Hindarto menolak namun akhirnya hatinya luluh.
“Sesudah mengajukan permohonan sebanyak tiga kali pada akhirnya mendapat persetujuan namun kita memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu bisa pulang sebelum waktu Magrib dan ternyata Fidya telah tiba di rumah,” ujarnya.
Fidya juga kembali tepat waktu ketika mengaji untuk kali pertamanya.
Akan tetapi, Hindarto dan Khadijah mulai diliputi ketakutan saat pertemuan keagamaan yang kedua.
Fidya susah untuk dijangkau. Dia terus-menerus ditelepon tapi tidak membalas.
“Baru setelah kurang lebih jam 10 lebih hampir jam 11 malam HP-nya aktif. Tapi, yang terima Yuri ngasih tahu bahwa mau diajak mengaji, kegiatan i’tikaf,” ujarnya.
Sejak malam i’tikaf itu, Fidya tak lagi kembali.
Keluarga Fidya tetap menggali informasi tentang keberadaannya. Suatu saat, mereka menduga bahwa Fidya telah jadi korban pengambilan paksa.
Frandes Iko, pengacara keluarga, menyatakan bahwa pihak keluarga telah melapor kepada Polda Jabar pada tanggal 12 Januari 2016, kira-kira satu bulan sesudah hilangnya Fidya.
Pada tanggal 4 Februari, keluarga tersebut mengajukan laporan lagi ke Polsek Rancasari karena laporan sebelumnya tidak menunjukkan kemajuan apa pun.
Setelah melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi setempat, Yuri kemudian menghubungi anggota keluarga dan berjumpa dengan mereka.
Rapat tersebut dilangsungkan di Mal Margahayu Metro Kota Bandung, namun nyatanya hidung Fidya tidak kelihatan.
Yuri menyampaikan bahwa Fidya sedang berada di wilayah Arcamanik, Kota Bandung.
Setelah kedatangannya diidentifikasi oleh Yuri, petugas kemudian menjemput Fidya.
Fidya, Yuri serta kedua orangtuanya kemudian menjalani mediasi di Polda Jabar. Di tempat itu, keluarga tersebut menerima berita yang tak terduga.
Ternyata Fidya telah menikah dengan Yuri tanpa diketahui oleh Hindarto beserta istrinya, Khadijah.
“Pada polisi ditemui sejumlah petugas investigasi dari tempat tersebut, setelah itu tiba-tiba muncul individu yang mengklaim sebagai teman dekat Y (Yuri). Orang ini memegang sebuah buku nikah dan menyatakan bahwa Fidya telah menikahi Y dengan adanya dokumen pernikahan mereka,” jelas Frandes dilansir oleh Kompas.com.
Namun, dalam buku Nikah tersebut, orang tua mengatakan bahwa mereka belum memberikan persetujuan dan tidak pernah menandatangani apa pun. Dari sana, penyidik menduga bahwa Fidya dan Y telah menjadi pasangan suami istri meskipun masih di bawah umur seharusnya. Pada akhirnya, mereka diminta untuk pulang pada malam itu, namun kedua orang tua merasa kecewa dengan hasil ini,” jelasnya.
Belum selesai di sana, kedua orangtuanya tetap berusaha supaya Fidya akhirnya bisa kembali ke rumah.
Bahkan, mereka pernah melaporkan hal tersebut kembali ke Polres Bekasi.
“Mengapa di Bekasi? Karena pernikahan tersebut dicatatkan oleh KUA Rawalumbu Bekasi. Mereka datang ke kantor itu dan kemudian orang tua membuat laporan di Polres Metro Bekasi,” jelasnya.
Laporan tersebut kemudian dilanjutkan, di mana beberapa kali surat pemberitahuan tentang hasil investigasi kasus dikirim oleh polisi.
Namun, menurut Iko, keluarga besar tersebut masih merasa bahwa hasilnya belum begitu mencolok.
“Di sinilah orang tuanya bersama dengan teman-teman satu tim taekwondonya mengajukan permohonan kepada komunitas lingkungan taekwondo agar dapat menemukan Fidya,” jelasnya.
Pencarian mandiri juga telah dijalankan, tetapi belum menghasilkan apa-apa. “Sepertinya pada waktu itu Fidya tersebut sudah berganti tempat terus-menerus, sehingga sulit untuk ditemukan,” katanya.
Menurut Iko, dalam 10 tahun penelusuran tersebut, orang tua dan Fidya ternyata telah berjumpa dua kali.
“Saat pertama kali bertemu di Polda (Jabar), lalu kemudian jumpa kembali satu kali lagi, namun pada kesempatan terakhir itu, saat berjumpa dengan Fidya, ada sesuatu yang mencolok, dia hanya diam saja, bukan seperti biasanya menurut orang tuanya. Ia umumnya selalu riang dan penuh semangat. Ketika pertemuan di Polda (Jabar) tersebut, Fidya tampak sama, ia seolah membencinya begitu menyaksikan kedua orang tuanya,” jelasnya.
Tangisan Fidya Kamalinda
Jumat (15/3/2025), Fidya Kamalinda memposting ulang klip videonya di akun TikTok-nya.
Sebelumnya Fidya Kamalinda mengunggah video yang membeberkan alasanya memilih kabur dari rumah, yakni karena mendapatkan kekerasan dari ayahnya dan dijadikan ‘ATM berjalan’.
Dalam videonya yang terakhir, Fidya Kamalinda menyatakan bahwa dia merasa sangat takut.
Dia cemas bahwa insiden yang terjadi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung pada tahun 2019 akan kembali terulang.
Pada waktu itu, Hardianto dan Khodijah secara paksa mengambil Fidya Kamalinda sementara mereka mencoba memisahkan dia dari buah hati mereka yang saat itu masih berumur 3 tahun.
“Honestnya, saya membuat video ini lantaran merasa ketakutan. Aku benar-benar takut,” ungkap Fidya Kamalinda.
Saya tidak mengetahui bahwa hal ini bakal jadi viral. Saya khawatir kejadian serupa tahun 2019 akan berulang bagi kami,
Saya khawatir putra saya akan menyaksikan istrinya digiring-giring kembali, dia sudah tumbuh dewasa dan mengerti situasinya,
“Bila aku tak hadir, artinya sudah lenyap. Aku terlepas dari sang suami serta putraku bermakna kau telah mengetahui pelakunya,” tambahnya.
Fidya Kamalinda mengatakan telah berkali-kali berusaha berselisih dengan orang tuanya, tetapi tidak ada hasil yang didapat.
“Kami telah bermediasi berkali-kali dan merasa letih, terlalu sering melakukannya. Tidak pernah ada kesepakatan karena mereka enggan mengizinkan kebahagiaanku. Itulah pokoknya masalah ini,” ungkap Fidya Kamalinda.
Atlet Taekwondo tersebut kemudian menyatakan bahwa dia tidak merasakan tekanan apapun dari suami nya.
Dia memutuskan untuk melarikan diri dari rumah karena telah merasa tidak bisa lagi menanggung tingkah laku kedua orang tuanya.
Fidya Kamalinda mengatakan, ‘Saya pun pergi dengan kemauan bebas dan hasrat pribadi yang sudah lama terpendam selama bertahun-tahun.’
“Fidya mengatakan dia tidak merasa terbebani. Dia menjelaskan bahwa ia membicarakannya karena gambarnya telah tersebar,” katanya.
“Saya berkata demikian pula karena saat ini hanya saya dan suami saja tanpa bantuan orang lain. Tak ada yang bisa melindungi, jadi kita harus bertahan bersama dari awal,” tambahnya.
Fidya Kamalinda mengatakan bahwa hampir setiap harinya dia meninggalkan rumah untuk mengantarkan dan menjemput anaknya di sekolah. Dia menegaskan bahwa bila tekanannya benar-benar berat, pastilah dia dapat kabur dengan mudah.
“Bila dugaannya tepat bahwa aku menghadapi tekanan karena adanya orang di sisiku, namun kenyataannya tak ada satu jiakupun disekitar sini,” jelas Fidya Kamalinda.
“Bila sebenarnya aku merasa terkekang, sudah sepuluh tahun ini aku dapat pergi kapan pun. Aku setia mengantar-jemput anak-anak setiap harinya, tetapi bagaimana dengan buktinya?” tambahnya.
Fidya Kamalinda mengatakan bahwa selama 10 tahun hidup berdampingan dengan Y serta buah hati mereka, dia merasa sungguh-sungguh gembira.
“Karena saya merasa betul-betulan nyaman. Bagi saya, ini seperti memiliki tempat tinggal sendiri. Di sini juga ada keluarga bagi saya,” ujar Fidya Kamalinda.
Fidya Kamalinda kemudian mengharapkan orang tuanya agar berhenti menyalahkan suaminya terkait keputusan dirinya melarikan diri dari rumah.
“Saya merasa iba kepada suami saya, sebab ia menjadi begini semua gara-gara saya. Jadi silakan jangan usaha untuk tidak memboyongnya ke mana pun lagi. Sebab apa yang terjadi saat ini adalah diriku sendiri; dengan atau tanpa dia (Y), saya masih akan meninggalkan rumah. Oleh karenanya, saya minta Anda agar tak perlu menyalahkan pihak lain atas pendapatannya tersebut,” katanya.
“Ia menginginkan kebahagiaan bersama anak dan suaminya. Mengapa dia tak kunjung merasakan kegembiraan itu? Mengapa ia selalu merasa sedih?” katanya sembari air matanya menetes.
Akses Voxnes.comdi
Google News
atau
WhatsApp Channel Voxnes.com
Pastikan Tribunners telah menginstal aplikasi WhatsApp ya.
