Komisi X DPR Dorong Ekstrakurikuler sebagai Antisipasi Perundungan di Sekolah
Kasus perundungan di sekolah yang marak terjadi di Indonesia menjadi sorotan serius. Komisi X DPR RI memandang tingginya angka perundungan anak di lingkungan sekolah sebagai sebuah masalah yang perlu ditangani secara komprehensif.
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf menungkapkan keprihatinannya terkait maraknya kasus perundungan yang terjadi di berbagai daerah. Ia mempertanyakan mengapa anak-anak pada usia muda berpotensi melakukan tindakan kekerasan dan perundungan terhadap teman sebayanya. Dede berpendapat bahwa salah satu faktor yang bisa menjadi penyebab perundungan adalah kurangnya kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah.
"Saya tentu sedih mendengar banyaknya kasus perundungan di lingkungan anak sekolah, dan saya mempertanyakan kenapa anak umur segitu seberani dan seintens itu melakukan tindakan keji," ujar Dede Yusuf, dikutip malin, 16 September 2024.
"Jawabannya mungkin saja karena kurangnya kegiatan energik di sekolah sehingga kurang terbentuknya pendidikan karakter bagi anak-anak," tambah Dede.
Kasus Perundungan Menjalar di Indonesia
Beberapa kasus perundungan yang terjadi di wilayah Indonesia menjadi pemicu keprihatinan masyarakat. Di antaranya:
- Kasus di SMK Negeri 1 Gorontalo: Siswa berinisial AR (14) diduga dipalak dan dipaksa meminum minuman keras oleh beberapa siswa lainnya di lingkungan sekolah.
- Kasus di SMP 3 Sungguminasa: Seorang siswa dianiayai oleh temannya hingga terkapar. Video perundungan ini viral di media sosial.
- Kisah tragis di Palembang: Siswi perempuan berinisial AA (13) menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh 4 temannya sendiri. Para pelaku semuanya masih di bawah umur.
Ekstrakurikuler: Solusi Mengurangi Perundungan?
Komisi X DPR believes bahwa salah satu solusi untuk menekan kasus perundungan di sekolah adalah dengan meningkatkan program ekstrakurikuler di sekolah. Dede menekankan bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk menekan kasus perundungan dan kejahatan anak usia sekolah.
"Ekskul itu bukan pembelajaran akademik, tapi pembelajaran karakter. Nah itulah yang belum banyak memahami, Pemerintah kita masih fokus pada pendidikan akademik saja," tegas Dede.
Pendidikan Karakter yang Mendalam
Menurut Dede, pendidikan karakter seharusnya ditanamkan sedini mungkin, salah satunya bisa didapat lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
"KEstiwa ekskul harusnya tetap digiatkan, karena kalau tidak, anak-anak energinya tersalurkan ke hal-hal yang tidak benar. Ketika ekskul ataupun kegiatan aktivitas anak muda menjadi kurang terperhatikan maka anak-anak ini mungkin mencari jalan lain, nongkrong, minum-minum atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji," paparnya.
Dede mengungkapkan kembali bahwa generasi sebelumnya memiliki banyak pilihan ekskul sehingga mengarahkan energi anak-anak ke kegiatan yang positif.
"Sementara kalau kita lihat generasi dulu itu kan ekskul banyak tuh bahkan sampai sore. Jadi tidak membuat anak-anak itu energinya habis hanya untuk main game online atau hal-hal yang bersifat negatif," ujarnya.
Tantangan Ekstrakurikuler di Sekolah Negeri
Saat ini, kegiatan ekskul di sekolah hanya bersifat pilihan. Hal ini membuat kurangnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekskul, terutama bagi siswa yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
"Sekarang untuk ekstrakurikuler masih ada di sekolah, tapi kan hanya sekadar pilihan. Kalau tidak wajib kan anak-anak lebih banyak tidak mengikutinya," ungkapnya.
Untuk itu, Dede mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan dana program ekskul di sekolah.
Dukungan Kerajaan terhadap Ekstrakurikuler
Dukungan dana pemerintah sangat penting untuk program ekskul sekolah, terutama sekolah negeri yang mayoritas memiliki siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
"Pemerintah harus memberikan dukungan dana untuk program ekskul di sekolah. Terutama bagi sekolah-sekolah negeri yang memiliki banyak siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah," ujar Dede.
Dengan adanya dukungan dana, maka sekolah bisa menyediakan berbagai macam ikskul dengan fasilitas yang memadai. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka, serta membentuk karakter yang kuat.
"Anak-anak dari kalangan menengah ke atas biasanya memiliki akses kegiatan ekstrakulikuler mandiri di luar sekolah melalui kursus-kursus. Namun, siswa dari kalangan menengah ke bawah tidak memiliki akses yang sama. Dukungan dana dari pemerintah dapat membantu menjembatani kesenjangan tersebut," ujarnya.
Dede berharap dengan adanya dukungan program ekskul, kasus perundungan di sekolah akan berkurang, bahkan dapat dicegah. Ia yakin bahwa dengan pendidikan karakter yang kuat, anak-anak dapat menjadi pribadi yang berintegritas, disiplin, dan mampu berinteraksi dengan baik dalam lingkungan sosial.