Dengan menggunakan situs ini, Anda setuju dengan Kebijakan Privasi dan Ketentuan Penggunaan.
Terima
Jumat, 9 Mei 2025
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Ikuti Buletin
Voxnes Logo Voxnes Logo
  • Berita
  • Nusantara

    Pemkab Madiun Teken Kerja Sama Proyek KPBU Alat Penerangan Jalan

    Oleh Angga Maulana

    Prediksi Peringkat Timnas Indonesia Jika Bisa Raih Angka dari Australia

    Oleh Rany Nasution

    Polres Sukabumi Ciduk Buronan Kasus Pencurian di Puskesmas

    Oleh Angga Maulana

    Kasus Positif Covid-19 di Lampung Tambah 21 Kasus

    Oleh Angga Maulana

    9 Tips Rahasia untuk Membuat Keripik yang Tetap Renyah dan Gurih Tanpa Minyak, dengan Ketukan Kriuk yang Tahan Lama

    Oleh Rany Nasution

    Keajaiban Ziarah: Explorasi Beragam Destinasi Wisata Religi di Jawa Barat dari Makam Wali Songo hingga Masjid Kuno

    Oleh Rany Nasution
  • Global
  • Bisnis
    Hadapi Tiongkok, Astra Optimistis Kuasai Pasar Kendaraan Listrik Nasional

    Astra Incar Dominasi Pasar Kendaraan Listrik Nasional

    Oleh Adi Ariyanto
    Sejumlah mekanik melakukan pengecekan pada mesin pesawat di Garuda Maintenance Fasiliti, Cengkareng, Tangerang, Banten.

    GMF Tawarkan Saham Perdana

    Oleh Angga Maulana
    Kadin memastikan ekspor ikan ke China masih terus berjalan.

    KKP Jelaskan Larangan Ekspor Ikan ke China

    Oleh Angga Maulana
    Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani (kanan) bersama Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto memberikan keterangan terkait pelaksanaan Jakarta Food Security Summit (JFSS) di Jakarta, Selasa (6/3).

    Kadin Minta Pemda Sambut Hangat Investasi

    Oleh Angga Maulana
    Respons Aksi Mogok Kerja, Boeing Akan Rumahkan Puluhan Ribu Karyawan

    Boeing Merumahkan Sementara Ribuan Karyawan

    Oleh Panggih Suseno
    Anggaran Jumbo Kementerian Era Prabowo Hingga Insiden Boeing

    Penetapan APBN 2025 dan Masalah Keselamatan Boeing

    Oleh cris a jeni putri
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Indeks
Perbesar FontAa
VoxnesVoxnes
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Search
  • Nusantara
  • Global
  • Opini
  • Sosok
  • Bisnis
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Edukasi
  • Olahraga
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Voxnes > Lingkungan Lestari > Ekspor Pasir Laut: Ancaman Ekosistem & Nelayan
Lingkungan Lestari

Ekspor Pasir Laut: Ancaman Ekosistem & Nelayan

Rany Nasution
Terakhir diperbarui: 18 September 2024 7:03 am
Rany Nasution
Bagikan
Pembukaan Ekspor Pasir Laut Ancam Ekosistem dan Nelayan – Beritalingkungan.com
Bagikan

Ekspektasi Oligarki: Jokowi Dihina Setelah Ekspor Pasir Laut Dibuka

Pemerintahan Presiden Joko Widodo kembali menjadi sasaran kritik seiring dengan keputusan kontroversial yang diambilnya. Keputusan tersebut bergulir dalam bentuk Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 20 Tahun 2024 yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Pembukaan keran ekspor pasir laut, yang telah dilarang selama dua dekade, disinyalir sebagai strategi untuk kepentingan segelintir elit pengusaha rather than sebagai langkah bijaksana untuk pelestarian lingkungan.

Aksi demonstrasi pun terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Koalisi Save Spermonde, yang terdiri dari Greenpeace Indonesia, WALHI Sulawesi Selatan, Green Youth Movement, dan Kodingareng Women Movement, membawa sebuah "Monster Oligarki" raksasa ke kantor Gubernur Sulawesi Selatan.

Aksi ini merupakan bentuk protes kuat terhadap reklamasi Makassar New Port, yang dinilai telah merugikan laut dan kepulauan Spermonde, khususnya Pulau Kodingareng.

Keputusan Jokowi: "Greenwashing" atau Ketimpangan Ekonomi?

Baca Juga:Word Cleanup Day, ISS Kumpulkan Tiga Kwintal Sampah

Kritik atas keputusan pemerintah ini bersumber dari berbagai pihak, dari masyarakat, nelayan, akademisi hingga peneliti. Greenpeace Indonesia secara eksplisit menolak keputusan ini, memandangnya sebagai ancaman serius bagi ekosistem laut dan pesisir, serta kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir yang bergantung pada laut.

Afdillah, aktivis Greenpeace Indonesia, menyoroti kecurigaan publik terhadap niat pemerintah. Ia menuturkan, sejak Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 yang membuka peluang pengambilan pasir laut di luar wilayah pertambangan, banyak pihak telah memperingatkan potensi kerusakan yang diakibatkannya.

"Sejak awal kami sudah curiga bahwa ini hanya kedok untuk mengekspor pasir laut ke luar negeri," ungkap Afdillah di Jakarta (18/09/2024).

Penambangan pasir laut, menurutnya, dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut yang signifikan, menghancurkan habitat keanekaragaman hayati, memperparah abrasi pantai, dan meningkatkan risiko banjir rob.

Baca Juga:Pengendalian Karhutla di Indonesia Undang Perhatian Norwegia

Ia menguraikan pelbagai kasus di Indonesia yang membimbingnya pada kesimpulan ini. Salah satunya adalah kerusakan yang diakibatkan oleh kapal dredging asal Belanda pada tahun 2020 di Kepulauan Spermonde.

Selain itu, Afdillah juga menekankan bahwa aksi penambangan pasir laut dapat menganggu pola arus laut dan memperbesar gelombang, yang dapat membahayakan kehidupan dan ekonomi masyarakat pesisir.

Data menunjukkan adanya 24 aksi protes masyarakat terhadap aktivitas penambangan laut dalam 10 tahun terakhir, memicu konflik dengan perusahaan tambang.

Afdillah memandang PP 26/2023 sebagai contoh "greenwashing", strategi yang mencengangkan dengan membungkus kebijakan yang merugikan lingkungan dengan narasi pemulihan ekosistem.

"Hingga kini, tidak ada bukti nyata dari pemulihan ekosistem laut yang dijanjikan. Justru kita disuguhi aturan yang lebih melancarkan ekspor pasir laut, bukan melindungi lingkungan," tegas Afdillah.

Ia menegaskan bahwa peraturan ini bukanlah solusi untuk pemulihan lingkungan, melainkan langkah mundur yang hanya menguntungkan lingkaran elit dan memperburuk krisis ekologis serta ketidakadilan sosial.

Pemerintah diharapkan segera mencabut peraturan ini dan berfokus pada pelestarian lautan, bukan mengeksploitasi sumber daya alam secara serampangan.

"Pemerintah harus berhenti mengorbankan lingkungan untuk keuntungan jangka pendek," pungkas Afdillah.

Dampak Ekspor Pasir Laut terhadap Kehidupan Masyarakat Kepulauan Spermonde

Kesadaran akan bahayanya ekspor pasir laut semakin kuat di tengah masyarakat. Beberapa organisasi masyarakat kepulauan Spermonde, seperti Green Youth Movement, mengajak publik dan pemerintah untuk lebih serius memperhatikan nasib laut dan pulau-pulaunya.

Mereka menyoroti dampak negatif reklamasi dan penambangan pasir laut terhadap kehidupan mereka.

Komedi dari Keserakahan

Di tengah keresahan masyarakat, beberapa pihak justru menunjukkan reaksi yang mengundang pertanyaan.

Seorang pengusaha tambang di dekat Spermonde, melalui akun media sosialnya, bahkan meluapkan kekaguman pada pemerintahan Indonesia yang berkelap-kelip: "Akhirnya, sand is king! Indonesia has finally opened up its sand exports! Can’t wait to start mining again!".

Komen ini menimbulkan tawa pahit bagi nelayan dan masyarakat pulau-pulau yang terdampak penambangan pasir laut. Mereka lebih menantikan kepastian hukum dan perlindungan lingkungan daripada ekspresi syukur dari sekelompok elite yang memprioritaskan keuntungan pribadi di atas tanah air.

Bagikan Artikel Ini
Twitter Email Salin Tautan Cetak
Artikel Sebelumnya Pemerintah Optimistis Kemiskinan Ekstrem Capai 0% di Tahun Ini Indonesia Targetkan Nol Kemiskinan Ekstrem Tahun Ini
Artikel Berikutnya Instagram Berubah Total, Gen Z Rasakan Dampaknya Instagram Bertransformasi, Gen Z Dihantui Perubahan

Sumber Terpercaya untuk Informasi Akurat dan Terbaru!

Kami berkomitmen untuk menyajikan berita yang akurat, objektif, dan terkini. Itulah sebabnya banyak orang mempercayai kami untuk mendapatkan informasi terbaru. Ikuti kami untuk pembaruan real-time tentang berita dan tren terbaru!
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Posting Populer

Polri Jamin Pengamanan Pemilu tidak Represif

VOXNES.com, JAKARTA -- Polri melakukan simulasi pengamanan pemilu di Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Jumat (14/9).…

Oleh Angga Maulana

Badai Mangkhut Terjang Filipina | Republika Online

Badai tropis dengan kategori 5 menerpa Propinsi Cagayan, Filipina Utara.. Rep: Republika, AP/ Red: Yogi…

Oleh Angga Maulana

Bandung Banjir Rusa! Pohon tumbang, Hujan Lebat Mengamuk

Turunan hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Bandung, Jawa Barat, menyebabkan sejumlah daerah terendam…

Oleh Angga Maulana

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Program Studi Teknik Lingkungan PKP DKI Jakarta Dorong Sekolah Sehat di Pulau Pari – Beritalingkungan.com
Lingkungan Lestari

Teknik Lingkungan PKP Dukung Sekolah Sehat Pulau Pari

Oleh Rany Nasution
Revitalisasi Terumbu Karang, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan PT. PTT Lakukan Transplantasi di Pulau Apimasum
Lingkungan Lestari

Pulau Apimasum Diselimuti Kembali Akar Karbits: Terumbu Karang Ditanam di Teluk Cenderawasih

Oleh Rany Nasution
Singapura Tingkatkan Impor Listrik Rendah Karbon dari Indonesia – Beritalingkungan.com
Lingkungan Lestari

Singapura Tingkatkan Impor Listrik Hijau dari Indonesia

Oleh Rany Nasution
BTN Way Kambas Raih Penghargaan Internasional Herman Goldstein Award atas Perlindungan Satwa Liar – Beritalingkungan.com
Lingkungan Lestari

BTN Way Kambas Raih Penghargaan Internasional Pengelola Satwa Liar

Oleh Rany Nasution
Voxnes Logo Voxnes Logo
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Kanal

  • Voxnes Nusantara
  • Voxnes Global
  • Opini & Analisis
  • Sosok & Inspirasi
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi & Inovasi
  • Gaya Hidup & Kesehatan
  • Hiburan & Budaya Pop
  • Lingkungan & Alam
  • Edukasi & Pengembangan Diri
  • Komunitas & Sosial
  • Olahraga

Berlangganan Newsletter

Daftarkan diri Anda untuk menerima artikel terbaru kami langsung di inbox Anda!

  • Disclaimer
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Kontak

Copyright 2024 Voxnes Media. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi?