Jakarta, Indonesia – Panas mencekam akibat Mega El Niño mulai terasa, memperingatkan tentang dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Fenomena El Niño yang lebih kuat dan berkelanjutan dari biasanya ini memicu peningkatan suhu dan menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk. Akibatnya, penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan virus Zika semakin merebak.
Hudson sudah pernah dirasakan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah mengguncang dunia, dan sekarang kita berhadapan dengan ancaman baru yang lebih besar. Para ilmuwan memperingatkan bahwa Mega El Niño memiliki potensi untuk menghancurkan ekosistem global secara keseluruhan, bahkan menyamai kepunahan massal yang terjadi jutaan tahun yang lalu.
Mega El Niño: Bukan Sekedar Meningkatnya Suhu
Mega El Niño tidak hanya menyebabkan peningkatan suhu, tetapi juga mengakibatkan perubahan pola cuaca drastis di seluruh dunia.
- Peningkatan Perkembangbiakan Nyamuk: Suara nyamuk yang menyebarkan penyakit terus terdengar, khususnya di daerah tropis. Mega El Niño memberikan lingkungan yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk dan mendorong penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Kondisi cuaca panas dan lembab membuat habitats nyamuk membesar dan siklus hidup mereka berlangsung lebih cepat.
- Kekeringan dan Banjir yang Tidak Menentu:
Mega El Niño berpotensi menyebabkan kekeringan parah di beberapa wilayah, sementara di daerah lain, intensitas hujan meningkat secara drastis. Pola cuaca yang tidak menentu ini berdampak pada pertanian, sumber daya air, dan kehidupan masyarakat.
Refleksi Masa Lalu: Besarnya Ancaman Mega El Niño
Sebuah tim internasional dipimpin oleh para ahli geologi dari Universitas Geosains Tiongkok, Yadong Sun, melakukan simulasi yang mengerutkan kening: bagaimana simulasi dari bencana sebesar Great Dying, yang terjadi 250 juta tahun lalu? Letusan gunung api raksasa di Siberia pada saat itu melengserkan hampir seluruh spesies di daratan dan laut, menandai era geologi yang penuh kehancuran.
Para ahli menyoroti hubungan antara peristiwa masa lalu dan fenomena El Nino modern. Simulasi menunjukan adanya pergeseran zona serupa pada suhu permukaan laut, yang tercermin dalam sirkulasi Walker.
Integrations of Our Climate System: Dampak Sistemik
Suhu permukaan laut di Samudra Pasifik memengaruhi sirkulasi udara secara global. Udara hangat dan lembap diantarkan ke arah timur menuju Amerika Selatan, sementara udara kering bergerak ke barat ke arah Australia dan Indonesia.
Akibatnya, sebagian wilayah Eropa mengalami musim dingin yang lebih dingin, sementara Amerika Selatan dihadapkan dengan kekeringan berkepanjangan dan Siberia yang dingin. Kekurangan hujan menyebabkan kebakaran hutan yang lebih sering dan intensitas yang lebih tinggi.
Peringatan Darurat: Mega El Niño dan Masa Depan Bumi
Para ahli memperingatkan bahwa Mega El Niño berpotensi berlangsung lebih lama dan intens daripada El Niño biasa. Dampaknya akan terasa pada berbagai ekosistem di seluruh dunia, mengancam kehidupan berbagai spesies termasuk manusia.
Perubahan iklim, yang menjadi faktor pemicu Mega El Niño, semakin memperburuk dampaknya.
Kita harus menyadari bahwa Mega El Nino bukanlah hanya masalah cuaca, tetapi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bumi. Penanganan dan mitigasi yang tepat sangatlah urgent untuk menyelamatkan planet kita dari bencana.