Simulasi Tsunami Megathrust Menggoyang Kabupaten Pandeglang
Pandeglang, Banten – Suara kentongan dan sirine yang membelah udara menjadi sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan. Warga Kampung Tembong, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, panik. Sebuah gempa bumi hebat dengan magnitudo 8.7, yang berpusat di zona subduksi megathrust Selat Sunda, telah mengguncang bumi. Kepanikan penduduk pun meletus karena peringatan dini tsunami menerjang jelang lima menit setelah terjadinya gempa.
BMKG swiftly mengkonfirmasi potensi bencana dahsyat itu. Warga Kampung Tembong mulai berlari menuju titik kumpul atau Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang telah ditentukan di masjid Kampung Tembong. Koordinasi antara panik dan kepatuhan sementara itu diketuai oleh koordinator Desa Tangguh Bencana (Destana), yang membimbing setiap anggota di bawahnya untuk mengimplementasikan tugas dan kewenangan masing-masing.
Ledakan panik menguap sementara dibentuklah tatanan baru. Prioritas evakuasi diberikan kepada kaum rentan seperti ibu hamil, anak-anak, penyandang disabilitas, warga yang mengalami luka ringan, dan lansia. Ketidaksadaran untuk melanggar aturan tertip dan mengutamakan keselamatan bersama mengalahkan ke panik warga. Peralatan sederhana dan mudah digunakan menjadi andalan untuk mengangkut warga yang membutuhkan bantuan ekstra. Rute evakuasi yang jelas terpasang dan tertera di setiap sudut kampung menjadi penunjuk arah keselamatan bagi para pengungsi.
Di lokasi akhir evakuasi, para petugas medis telah siap menanti untuk memeriksa kondisi warga yang mengalami luka ringan.
Latihan Simulasi Siaga, Menghadapi Potensi Bencana
Skenario mengejutkan yang terjadi di Kampung Tembong merupakan hasil simulasi evakuasi bencana gempa bumi dan tsunami megathrust di Kabupaten Pandeglang. Puluhan warga terlatihnya dalam mengelola situasi darurat itu. Simulasi ini melibatkan 200 orang, terdiri dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Carita, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, Linmas RT, aparat desa, kelompok nelayan desa, hingga masyarakat umum.
Angka 200 ini baru sebagian kecil dari gerakan koordinasi tsunami nasional. BNPB, dibantu pemerintah daerah, menginisiasi simulasi evakuasi mandiri secara serentak di empat lokasi berbeda di Indonesia. Simulasi dilakukan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, dan Kabupaten Pandeglang Banten pada Kamis (5/9).
Sebelum simulasi evakuasi dimulai, berbagai apel kesiapsiagaan dilakukan di setiap lokasi. Di Kabupaten Pandeglang, apel kesiapsiagaan melibatkan 500 personil dari berbagai pihak, meliputi OPD terkait di pemerintah Kabupaten Pandeglang, Muspida, Basarnas, BMKG, relawan, komunitas penggiat bencana, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat.
Raditya Jati, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, tegas mengemukakan pentingnya kesiapsiagaan dan latihan evakuasi mandiri secara berkala. Ia memimpin apel kesiapsiagaan dan menekankan pentingnya kesiapsiagaan terkait potensi megathrust Selat Sunda.
"Masyarakat dan pemerintah daerah tidak perlu berlebihan dalam menyikapi informasi potensi megathrust ini. Mari jadikan momentum ini untuk mengingatkan kita semua untuk melatih kembali individu, keluarga dan komunitas untuk bisa melakukan evakuasi secara mandiri, mengecek kembali jalur evakuasi, memelihara bangunan-bangunan shelter evakuasi dan melatih kembali sistem komunikasi risiko berbasis komunitas," jelas Raditya.
Kabupaten Pandeglang: Garis Depan Pertahanan Tsunami
Pemilihan Kabupaten Pandeglang sebagai salah satu lokasi apel kesiapsiagaan dan simulasi bukan tanpa alasan. Kabupaten ini memiliki garis pantai yang panjang, mencapai 307 km, membentang di 10 kecamatan dan 56 desa. Potensi dampak bencana megathrust bagi masyarakatnya sangat besar.
BNPB berharap seluruh kegiatan apel kesiapsiagaan dan simulasi evakuasi yang dilaksanakan secara serentak ini dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat untuk bersikap tanggap terhadap potensi gempa dan tsunami di sepanjang kawasan megathrust Sumatra dan Jawa.
Sebagai bentuk dukungan, BNPB berikan bantuan logistik dan peralatan penanganan siaga darurat bencana Hidrometeorologi, geologi, atau megathrust kepada pemerintah Kabupaten Pandeglang. Bantuan tersebut terdiri dari 2 unit tenda pengungsi, 30 unit tenda keluarga, 30 unit velbed, 2 unit light tower, 2 unit genset, 200 lembar matras, 200 lembar selimut, 50 lembar kasur lipat, 200 paket hygiene kit, 200 paket sembako, serta dana siap pakai sebesar Rp200 juta.
Semoga simulasi dan dukungan ini dapat menjadi langkah awal yang efektif dalam membangun budaya pencegahan dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana megathrust di Indonesia.