Prolifikasi Peternakan & Peningkatan Produksi
Seiring dengan seruan pemerintah pada tahun 2018 untuk meningkatkan swasembada pangan melalui produksi susu domestik, China mengalami pertumbuhan pesat dalam sektor peternakan sapi perah. Angka ini melampaui target Beijing tahun 2025 tersebut. Produksi susu meningkat secara dramatis, mencapai hampir 42 juta ton pada tahun lalu, dibandingkan dengan 30,39 juta ton pada tahun 2017.
Penurunan Konsumsi dan Deflasi Harga
Namun, dorongan untuk konsumsi susu belum digandakan dengan peningkatan permintaan. Data menunjukkan bahwa konsumsi susu per kapita di China turun dari 14,4 kg pada tahun 2021 menjadi 12,4 kg pada tahun 2022.
Berkat excess supply, harga susu di China anjlok sejak tahun 2022, bahkan jatuh di bawah biaya produksi rata-rata yang mencapai sekitar 3.8 yuan per kilogram. Hal ini menyebabkan banyak peternakan mengalami kerugian, terpaksa menutup operasinya atau bahkan mengurangi populasi ternak mereka dengan menjual sapi untuk diambil dagingnya.
Perusahaan besar seperti Modern Dairy, salah satu produsen susu terbesar di China, melaporkan pengurangan separuh populasi ternak sapi perahnya pada paruh pertama tahun ini. Mereka juga mencatat kerugian bersih sebesar 207 juta yuan (sekitar Rp 444 miliar).
Penurunan Impor dan Surplus Susu
Kekurangan permintaan juga terlihat pada penurunan impor susu China. Impor susu dari negara-negara seperti Selandia Baru, Belanda, dan Jerman turun sebesar 13% year-on-year pada delapan bulan pertama tahun ini, mencapai 1,75 juta metrik ton.
Pasar susu bubuk, produk susu impor terkuat, mengalami penurunan volume sebesar 21%, mencapai 620.000 ton. ompok Riset Rabobank memperkirakan bahwa volume impor bersih produk susu pada tahun 2024 kemungkinan akan turun sebesar 12% dari tahun sebelumnya, dan siklus penurunan produksi susu yang berkepanjangan dapat terus memengaruhi volume impor pada tahun 2025.
Tantangan Transformasi Pasar Susu
Industri susu di China juga berjuang untuk memenuhi seruan pemerintah pada tahun 2018 untuk mengedukasi konsumen agar beralih dari minum susu cair menjadi “makan susu”. Konsumsi susu cair masih mendominasi 80% dari total konsumsi susu di China.
Upaya untuk mengembangkan pasar keju, krim, dan mentega, dengan mengubah susu menjadi produk bernilai lebih tinggi dengan masa simpan yang lebih lama, terhambat oleh konsumen yang semakin berhemat.
Untuk mengatasi surplus produksi, produsen China telah mentransformasikan susu mentah menjadi susu bubuk. Akibatnya, China memiliki surplus hingga akhir Juni yang mencapai lebih dari 300.000 ton, kira-kira dua kali lipat dari level tahun sebelumnya.
Padahal, ekspor susu China pada paruh pertama tahun 2024 hanya mencapai 55.100 ton, naik 8,9% per tahun, yang masih jauh dari angka surplus yang ada.
Masa Depan Industri Susu China
Kedepannya, industri susu China menghadapi tantangan besar untuk menyeimbangkan surplus produksi dengan permintaan yang stagnan. Memacu peningkatan konsumsi susu dalam bentuk produk olahan, dan mengembangkan strategi ekspor yang lebih efektif menjadi kunci bagi keberlanjutan industri susu China.
Aprionis, faktor lain seperti situasi ekonomi yang relatif melambat dan penurunan angka kelahiran juga turut memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi susu di negara tersebut.
Terpancarnya tren menyeluruh di sektor pertanian dan peternakan, khususnya dalam rentang ketahanan pangan, membutuhkan solusi strategis untuk memaksimalkan energi positif pertumbuhan industri susu China di masa depan.