Voxnes.com – Penelitian baru-baru ini yang diketuai seorang astrofisikawan dari University of Colorado Boulder menemukan eksistensi sebuah tipe galaksi yang amat aneh dan mempesona. Jenis galaksi tersebut disebut dengan nama galaxies yang belum umum didengar yaitu Ultra-red Flattened Objects Atau singkatnya menjadi UFO. Meski demikian, berbeda dari konsep UFO yang umumnya diasosiasikan dengan kapal antarbintang tidak dikenali, galaksi-galaksi ini merupakan objek astronomi berwarna merah besar yang mengundang minat para peneliti.
Menurut Justus Gibson, seorang mahasiswa doktoral di Departemen Ilmu Astrofisika dan Astronomi Planet, studi ini berupaya untuk menggali lebih jauh tentang ciri-ciri serta karakteristik galaksi-galaksi yang dikaitkan dengan objek terbang tidak dikenal (UFO). Galaksi tersebut awalnya dideteksi oleh tim riset dari CU Boulder menggunakan foto-foto yang direkam oleh Teleskop Luang Angkasa James Webb (JWST).
Misteri Galaksi UFO
Peneliti mengatakan bahwa galaksi-galaksi dari laporan UFO termasuk dalam kategori unik dengan alasan tertentu. Alasan pertama adalah lokasi mereka yang jauh melampaui kapabilitas deteksi teleskop ruang angkasa sebelumnya, contohnya Teleskop Hubble. Anehnya lagi, meski memiliki kemampuan besar, Hubble tidak dapat menemukan galaksi-galaksi tersebut dikarenakan penerangan visual yang amat minim.
Dalam studi paling baru-baru ini, sekelompok peneliti mengambil data dari Teleskop James Webb, yang ditempatkan di angkasa pada bulan Desember tahun 2021 tersebut. Melalui hasil pengamatan bersama dengan perhitungan melalui model digital komputer, mereka mendeteksi bahwa struktur galaksi UFO serupa dalam dimensi dan konfigurasi seperti Galaksi Milky Way, namun kondisinya kotor secara signifikan.
JWST memungkinkan kita mengobservasi ragam galaksi yang tadinya mustahil terdeteksi,” jelas Gibson. “Ini bisa berarti bahwa kemungkinan besar pemahaman kita tentang kosmos masih belum lengkap seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Rekan-rekan peneliti, Erica Nelson, sang pionir dalam pengidentifikasian galaksi-galaksi UFO, pun turut kaget atas temuan tersebut. Menurut Nelson, dia mengatakan bahwa mereka tampak begitu mencolok. Sebagai asisten profesor bidang astrofisika dari CU Boulder, Nelson menjelaskan lebih lanjut, “Kita melihatnya sebagai cakram-cakradengan warna merah besar pada foto-foto itu dan hal ini sungguh tak terduga. Pertanyaan-pertanyaan seperti ‘Ini apa?’ atau ‘Bagaimana caranya?’ langsung bermunculan.”
Galaksi yang Tersembunyi
Gibson menyatakan bahwa galaksi-galaksi UFO nampak berwarna merah dikarenakan mereka nyaris tak memantulkan cahaya visible light. Kebanyakan sinar yang dipancarkannya adalah radiasi inframerah, sehingga sangat susah untuk diamati dengan mata telanjang. Karenanya, galaksi-galaksi tersebut tak dapat dilihat melalui teleskop Hubble yang cuma bisa mencatat cahaya tampak saja. Akan tetapi, Teleskop James Webb yang memiliki kemampuan mendeteksi cahaya inframerah sukses dalam mengenali benda-benda tersebut.
Sebelum diluncurnya James Webb, kami merasa bahwa kami hanya akan menemukan galaksi yang sangat jauh,” ungkap Gibson. ” Kami percaya bahwa galaksi di sekitar kita telah benar-benar dipahami.
Pada studi yang dilakukan oleh Gibson bersama timnya, mereka memanfaatkan data dari JADES atau Proyek Survei Ekstragalaktik Mendalam JWST Lanjutan. Tim tersebut sukses menemukan sebanyak 56 galaksi berbentuk UFO di dalam citra-citra hasil proyek itu.
Misteri Debu Kosmik
Peneliti-peneliti pun menyadari adanya keberadaan debu dalam kuantitas sangat besar di galaksi-galaksi tersebut. Setiap galaksi, meliputi Galaksi Bima Sakti kita sendiri, terdapat partikel-partikel debu interstellar—hasil-hasil ledakan bintang-bintang yang sudah berlangsung jutaan tahun silam.
Akan tetapi, galaksi UFO mempunyai jumlah debu yang jauh lebih tinggi daripada Galaksi Bima Sakti, sampai 50 kali lipanya. Hal ini menyebabkan debu-debu itu menghalangi kebanyakan cahaya dari galaksi tersebut, mirip seperti bagaimana badai pasir dapat menutupi sinar matahari di planet kita.
Agar bisa mengerti struktur dari galaksi tersebut, para peneliti pun melaksanakan simulasi menggunakan komputer. Menurut Gibson, ada beberapa jenis bentuk yang dimiliki oleh galaksi; misalnya saja mereka bisa menyerupai piring terbang dengan bentuk cakram, mirip bola rugby, atau bahkan mungkin memiliki bentuk bulat sempurna.
Temuan mereka mengindikasikan bahwa galaksi-galaksi UFO mungkin memiliki bentuk yang lebih condong ke arah cakriform atau seperti piring terbang, serupa dengan Susastra. Menurut Nelson, “Bayangkan benda-benda raksasa ini – sama seperti tempat tinggal kita, Susastra – sedang melintasi ruang angkasa namun total tidak dapat dilihat oleh kita.”
Cara galaksi-galaksi tersebut dapat mengandung jumlah debu yang besar tetap menjadi teka-teki. Nelson menyatakan harapan bahwa melalui penelitian terhadap galaksi-galaksi UFO itu, para ahli di bidangnya akan semakin memperdalam pemahaman tentang proses perkembangan galaksi serta pembentukan bintang-barunya dari masa ke masa. Meskipun demikian, sampai saat ini, ada jauh lebih banyak pertanyaan dibandingkan dengan jawabannya.
“Mengapa galaksi-galaksi ini mengandung lebih banyak debu dibandingkan dengan yang ada di galaksi lain?” tanya Nelson. “Sekarang saya juga masih mencari jawabannya,” ujarnya.