Ayah Aysenur Ezgi Eygi, aktivis Turki-Amerika yang menjadi korban tewas dalam aksi protes di Tepi Barat, mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk menyelidiki pembunuhan putrinya secara serius.
“Kami mengharapkan hal yang sama dari pemerintah AS,” ujar Mehmet Suat Eygi kepada wartawan di Aydin, Turki. Ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemerintah Turki yang telah memulai penyelidikan atas kematian putrinya. “Amerika ialah negara yang agak berbeda,” kata Mehmet Suat. “Ketika terjadi ketidakadilan atau pembunuhan terhadap warganya sendiri, Amerika, seperti elang pada lambangnya, akan menukik ke bawah. Namun ketika menyangkut Israel, mungkin ada upaya untuk menghindarinya.”
Aysenur, 26 tahun, tewas karena peluru penembak jitu pada 6 September selama demonstrasi damai menentang permukiman ilegal Israel di kota Beita, dekat Nablus, di Tepi Barat yang diduduki.
Menteri Kehakiman Turki, Yilmaz Tunc, mengumumkan penyelidikan atas kematian Aysenur pada Kamis (12/9). Penyelidikan ini berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan terhadap warga negara Turki di luar negeri. “Orang-orang yang terlibat akan menghadapi tuntutan pembunuhan berencana yang dikategorikan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar Yilmaz Tunc. Turki juga akan meminta surat perintah penangkapan internasional bagi mereka yang bertanggung jawab atas kematian korban.
Aysenur diungkapkan sebagai sosok yang peduli terhadap hak asasi manusia dan lingkungan. “Aysenur peka terhadap hak asasi manusia, alam, dan segalanya,” ungkap ayahnya.
Jenazah Aysenur akan dibawa ke Istanbul pada Jumat (13/9) pagi dan kemudian ke provinsi Izmir untuk dimakamkan pada Sabtu (14/9). Mehmet Suat mengatakan putrinya yang berpendidikan tinggi di Amerika Serikat memilih untuk mengabdikan hidupnya pada cita-citanya daripada menjalani hidup yang nyaman. “Ia sangat idealis,” tutupnya.