Misteri Pembusukan Titan: Pesan Terakhir, Pengabaian Keamanan, dan Luka Lama
Kematian lima orang awak kapal selam Titan dalam tragedi ledakan tahun 2023 masih menjadi bahan penyelidikan sengit. Sidang yang berlangsung selama dua minggu mengungkap pesan terakhir yang terkirim dari Titan, kondisi kapal yang memprihatinkan, dan dugaan pengabaian keamanan oleh perusahaan penyelam, OceanGate.
Pesan Terakhir Mengetahui Kejadian yang Tragis
Perjalanan Titan menuju reruntuhan kapal Titanic berubah menjadi mimpi buruk. Komunikasi terakhir antara Titan dan kapal pendukung Polar Prince tersorot dalam sidang. Percakapan dilakukan melalui pesan teks, menjadi jendela kecil ke momen terakhir sebelum bencana.
Gemuruh ledakan menghantui kedalaman laut, menewaskan semua orang di dalamnya. Lima jiwa yang terjebak dalam tragedi itu adalah CEO OceanGate Stockton Rush, pengusaha Inggris Hamish Harding, penyelam Prancis Paul-Henri Nargeolet, dan pengusaha Pakistan Shahzada Dawood beserta putranya, Suleman.
Meskipun komunikasi terbatas, setiap teks yang terkirim menjelma menjadi bagian penting dari cerita kelam ini. Saat Titan menelusuri kedalaman, kabarnya mereka melaporkan status kapal dan kedalamannya melalui pesan teks.
Dalam upaya memelihara kontak, awak Polar Prince secara terus-menerus bertanya apakah Titan dapat melihat kapal dari layar mereka. Namun, tanggapan terakhir yang diterima hanya satu kalimat singkat: "semuanya baik-baik saja di sini," dikutip dari The Guardian, Selasa (17/8/2024).
Kalimat tak bermakna itu menjadi pengingat akan keabadian tak terduga tentang nestapa yang menimpa Titan dan awaknya.
Kondisi Empirik dan Lapangan: Rambu-Rambu Pengabaian Keamanan
Penyelidikan mengungkapkan kondisi ironis Titan sebelum berangkat ke laut. Kapal selam yang dirancang untuk menjelajahi kedalaman terdalam ternyata dibiarkan terpapar unsur alam selama tujuh bulan tanpa perlindungan yang memadai. Kondisi ini terjadi sepanjang tahun 2022 hingga 2023.
Selain itu, lambung kapal Titan tak pernah diperiksa oleh pihak ketiga, meskipun hal ini menjadi prosedur standar untuk memastikan keselamatan dan ketahanan kapal selam. Lambatnya pengabaian ini semakin menguatkan dugaan bahwa keselamatan menjadi pelita di balik proses pengembangan dan operasional Titan. Mantan direktur teknik OceanGate, Tony Nissen, dihadirkan sebagai saksi pertama dalam sidang.
Nissen menyatakan dirinya merasa terburu-buru untuk memulai operasi Titan dan mengkonfirmasi adanya tekanan untuk segera turun ke laut.
Nissen, saat ditanyai dalam sidang mengenai tekanan yang ditimbulkan, mengungkapkan bahwa tekanan untuk memulai operasional Titan terasa sangat kuat. Meskipun ia menyebut dirinya merasa terburu-buru, saat disinggung mengenai keterlibatan salah satu pendiri OceanGate, Stockton Rush, dalam hal ini, Nissen mengatakan sulit untuk memberikan jawaban pasti.
Merefleksikan masa lalu Titan, Nissen mengungkapkan bahwa kapal tersebut pernah tersambar petir saat uji coba pada 2018. Kemungkinan besar kejadian tersebut merusak struktur lambung kapal yang rapuh. Setahun belakangan, ia dipecat dari posisinya. Pada tahun 2019, Nissen menolak permohonan kapal selam Titan untuk berkunjung ke Titanic, sebuah premonisi yang mengejutkan tentang takdir kapal tersebut.
Legasi Tragedi: Pertanyaan yang Teruskan di Kepal
Penyelidikan tragedi Titan tidak hanya mengungkap penyebab letusnya kapal selam, tetapi juga mengaduk kritik mengenai praktik keamanannya.
Sidang ini terbuka dengan pertanyaan: seberapa pentingnya pengawasan dan pengujian yang ketat dalam industri eksplorasi laut?
Apakah tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang ini?
Saudara yang terkorban, salah satunya Stockton Rush Direktur Titans, pun bersama kru dan staf lainnya terkenang akan jasanya.
Hati kita tertuju pada keluarga dan orang-orang terdekat mereka yang kehilangan orang terkasih di laut yang misterius itu. Semoga tragedi ini menjadi pelajaran berharga dan mendorong perubahan yang signifikan dalam industri eksplorasi laut.