Google Dituntut Monopoli: Mantan Bos Jadi Saksi dan Ungkap Strategi ‘Memusnahkan’ Pesaing
Kasus antimonopoli Google memasuki babak baru. Dalam pengadilan, mantan pimpinan iklan bergambar Google, David Rosenblatt, menjadi saksi kunci dan membenarkan praktik memonopoli jaringan iklan yang dilakukan raksasa teknologi Mountain View tersebut.
Terungkap dalam bukti sidang, Rosenblatt menyebutkan tujuan Google pada akhir tahun 2008 hingga awal 2009 untuk "menghancurkan" pesaingnya. Jelas dari catatan sidang yang dikutip VOXNES (13/9/2024), Rosenblatt berkata, "Kami bisa menghancurkan pesaing lain dan itu tujuan kami."
Rosenblatt bergabung dengan Google pada tahun 2008 dan keluar setahun kemudian, tepat saat perusahaan mengakuisisi perusahaan teknologi iklan DoubleClick.
Dalam laporan yang dibacakan di sidang, Rosenblatt membandingkan Google dengan bursa efek di London dan New York (NYSE), menekankan dominasi Google dalam menampilkan iklan di mesin pencari.
"Google menciptakan sesuatu yang sebanding dengan NYSE atau Bursa Efek London, artinya kami akan melakukan hal yang sama untuk menampilkan apa yang Google lakukan di Search," ungkapnya.
Mantan eksekutif DoubleClick, Brad Bender juga bersaksi di persidangan. Dia menyebut catatan Rosenblatt sebagai "bacaan berharga" pada saat itu.
Keuntungan Teknologi dan Strategi Merayap
Rosenblatt menekankan pentingnya server iklan penerbit dalam jaringan iklan Google. Ia menyebut strategi tersebut memberikan keuntungan bagi Google, karena memungkinkan perusahaan untuk menampilkan iklan dalam slot yang paling strategis dan pertama kali diakses pengguna.
Strategi ini, menurutnya, menjadi kunci untuk menguasai pasar iklan dan "menghancurkan" pesaing. Rosenblatt mengklaim bahwa Google mampu mengontrol aliran informasi dan menampilkan iklan di tempat yang paling visible bagi pengguna.
Para ahli menilai bahwa strategi ini memang efektif dalam memperkuat posisi Google di pasar iklan. Namun, praktik tersebut juga memicu pertanyaan tentang praktik persaingan yang sehat dan dominasi pasar.
Pembelaan dan Kritik
Rosenblatt, yang kini menjabat sebagai CEO 1stDibs, sebuah platform penjualan barang mewah, belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar.
Kasus ini semakin memanas, dengan pihak-pihak yang berbeda berseberangan. Walaukoliischen Google bersikeras bahwa praktik mereka legal dan hanya bertujuan untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna. Sementara itu, pihak berwenang dan para pembangkang meyakini praktik Google merugikan persaingan dan menghambat inovasi.
Kasus ini menjadi sorotan bagi dunia teknologi dan pengawas pasar, raising further debate about the balance between innovation and the need to ensure fair competition.