Voxnes.com
Fidya Kamalinda, mantan petarung taekwondo dari Jawa Barat, baru-baru ini menarik perhatian publik dalam beberapa hari terakhir.
Setelah lenyap selama sepuluh tahun, Fidya Kamalinda, seorang bekas pemain taekwondo dari Bandung, pada akhirnya kembali ke panggung publik dan membeberkan motif dibalik hilangnya dirinya tersebut.
Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagramnya yang baru dibuat, Fidya menegaskan bahwa ia meninggalkan rumah atas keinginannya sendiri, bukan karena penculikan seperti yang selama ini diduga.
Fidya menyatakan bahwa dia sudah menderita kekerasan dari orangtuanya sejak berusia lima tahun.
Pengalaman menyakitkan tersebut mengakibatkan perasaan stres yang berlebih pada dirinya sehingga dia pun memilih untuk hengkang dari tempat tinggalnya.
Dia juga menggarisbawahi adanya pendatang asing yang tidak berkerabat tinggal serumah dan mendukung pemenuhan keperluan familiannya.
Kondisi tersebut meningkatkan rasa tidak nyaman dirinya, oleh karena itu dia memutuskan untuk pergi demi melindungi kesehatan dan kesejahterannya.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini, Fidya sudah mendirikan hidup baru bersama sang suami serta buah hatinya.
Dia menginginkan keluarganya bisa menyetujui keputusannya serta menyadari latar belakang dari tindakannya tersebut.
Fidya juga mengatakan bahwa dia tak pernah ditawan, tetapi memilih pergi dengan kemauannya sendiri guna meraih hidup yang lebih baik serta terbebas dari stres.
Watak Si Pendatang dalam Keluarga Fidya Kamalinda
Dalam pengakuanannya, Fidya berulang kali menyinggung tentang kemunculan orang luar di dalam kediaman keluarganya.
Fidya merasa tidak nyaman dengan adanya orang luar di dalam rumahnya, karena menurut pendapatnya, orang itu bukan termasuk mahram untuk dirinya.
Fidya pun merasa heran dengan adanya orang luar itu karena keluarganya justru yang mendapat dukungan dari pihak asing tersebut.
Fidya berkata bahwa sejak masih kecil, orangtuanya hanya bergantung pada salah satu instruktur Taekwondo yang menetap di rumah mereka untuk biaya hidup, hal ini terdengar aneh karena orang tersebut bahkan tidak pernah menjadi guru baginya.
Sebenarnya, tambah Fidya, orangtuanya seharusnya tidak bergantung pada orang luar itu untuk membayar kebutuhan keluarganya.
Fidya juga menganggap bahwa dia telah dimanfaatkan untuk mendukung biaya keluarganya, meskipun ia hanya seorang anak.
“Bila persoalannya adalah soal uang, mengapa tidak berusaha saja bapak? Bukankah bapak sebagai kepala keluarga?” ungkap Fidya.
Fidya menginginkan agar keluarganya tidak saling menyingkap keburukan masing-masing.
Dia berusaha untuk mengekang ketidak harmonisan dan menghindari peningkatan masalah yang sudah ada.
Selesai sudah, kawan-kawan semua. Ini adalah urusan keluarga. Saya tak ingin hal ini menjadi lebih besar hingga menyebar ke mana-mana terkait perbedaan pandangan antara saya dengan keluarga. Saya pun meminta pada keluarga agar jangan saling mengungkapkan rahasia yang malu-malu.
“Sampai saat ini, saya tetap berhati-hati untuk tidak mengungkapkan keburukan khususnya keburuhan orang asing yang tinggal di rumah saya. Saya sebenarnya dapat melakukannya jika ingin. Mudah-mudahan selama bulan Ramadhan ini hati kita menjadi lebih lembut. Aamiin,” demikian tertulis oleh Fidya Kamalindah.
Viral di Media Sosial
Munculnya Fidya Kamalinda, atlit taekwondo dari Bandung, Jawa Barat, membuat heboh masyarakat.
Sebab itu, dia pernah lenyap sejak tahun 2015 dan baru-baru ini kembali lagi, menyampaikan alasannya untuk hilang tersebut.
Fidya menyatakan bahwa dia lari dari rumah akibatperlakukan orang tuanya.
Sampai tahun 2025, kedua orang tuanya masih belum menyadari kehadirannya.
Menurut Khodijah, si ibu, Fidya sempat minta ijin terakhir kalinya untuk pergi ke warung internet.
Di tempat itu, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang setelahnya memaksa dia untuk pergi bersamanya menggunakan mobil.
Namun, Fidya membantah klaim tersebut. Dalam sebuah video yang diunggah di TikTok pada Kamis (13/3/2025), ia menunjukkan KTP-nya untuk membuktikan identitasnya sebagai atlet Taekwondo yang sempat dikabarkan hilang.
Sambil matanya berkaca-kaca, Fidya menyatakan tegas bahawa dia bukanlah mangsa pengkidnapan.
Wanita berumur 30 tahun tersebut mengklaim bahwa pergi merupakan pilihannya sendiri.
Alasan Fidya Kabur
“Bismillah Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, panggil saja saya Fidya Kamalinda,” kata Fidya Kamalinda.
“Saya hadir di sini guna merespons kabar yang sedang ramai dibicarakan di media sosial perihal diri saya dan insiden dugaan penculikan tersebut. Saya ingin menyampaikan bahwa semua tuduhan itu merupakan dusta besar. Saya meninggalkan tempat tinggal dengan kemauan pribadi tanpa ada paksaan dari siapapun,” tandasnya.
Fidya Kamalinda kemudian menjelaskan alasan-alasannya mengapa dia melarikan diri dari rumah.
Berdasarkan keterangan Fidya Kamalinda, sejak masih kecil dia sudah mengalami perlakuan keras dari ayahnya.
Fidya Kamalinda mengatakan bahwa ia pertamakali diperlakukan dengan kekerasan oleh ayahnya saat berusia 5 tahun.
Tindakan kekerasan itu terus menerus berlangsung sampai dia tumbuh menjadi orang dewasa.
“Bahwa aku telah mengendurkannya untuk waktu yang sangat lama. Kenapa aku mau meninggalkan rumah? Karena aku sudah sering dihajar oleh bapakku sejak usia muda,” jelas Fidya Kamalinda.
“Kekerasan pertama yang dialami dari sang ayah saat usia 5 tahun. Saya telah dipukul, diinjak, dan digiring oleh ayah sendiri dan situasi tersebut berlangsung sampai bertahun-tahun kemudian,” jelasnya.
Fidya Kamalinda mengatakan bahwa tindakan kekerasan itu terjadi lantaran ambisinya sang ayah, dengan tujuan supaya anak perempuannya dapat meraup pendapatan dari karier sebagai atlet Taekwondo.
“Kurang paham alasannya, bisa jadi lantaran dia memiliki ambisi besar supaya saya mendapat banyak uang; usahanya tak kunjung berkembangan hingga kini,” tuturnya.
“Saat masih anak-anak, orang tua saya hanya bergantung pada seorang pelatih taekwondo yang menetap di rumah kita untuk membayar biaya hidup kami, itu agak ganjil karena dia bahkan tidak menjadi guru bagiku,” tambahnya.
Bukan hanya disiksa, Fidya Kamalinda juga kesal dengan tingkah laku orang tuanya yang selalu mengunjungi dukun sebelum ia berlomba.
“Saya sering diajak orangtuaku mengunjungi dukun sebelum pertandingan. Mereka selalu membawaku untuk didoakan, disucikan dengan air doa, serta dimandikan menggunakan bunga-bungaan. Kegiatan tersebut rutin kami laksanakan tiap hendak bersaing dalam kompetisi,” jelas Fidya Kamalinda.
“Terkadang aku merasa kebingungan. Mengapa semuanya harus begitu,” katanya.
Menjalan through penderitaan mental dan fisik, Fidya Kamalinda memutuskan untuk menyimpan semuanya selama bertahun-tahun.
Fidya Kamalinda merasa kesulitan mencari orang untuk menceritakan penderitaan dirinya karena khawatir tidak akan ada yang percaya pada kata-kata yang diucapkannya.
Saat berusia 21 tahun, Fidya Kamalinda memutuskan untuk meninggalkan pengaruh orangtua dengan pemberanian diri yang kuat.
“Saat itu umur saya sudah 21 tahun. Saya merasa aku bisa memilih hidupku sendiri. Mengapa aku berani?
“Karena saya telah merasa letih selama bertahun-tahun,” ungkap Fidya Kamalinda.
Saya percaya bahwa saya memiliki kontrol penuh atas kehidupan saya.
Walaupun mereka mengatakan begitu, kamu sebaiknya berterima kasih telah dibesarkan oleh kita. Siapakah yang mau lahir ke dunia ini?” ujar Fidya.