Dengan menggunakan situs ini, Anda setuju dengan Kebijakan Privasi dan Ketentuan Penggunaan.
Terima
Kamis, 10 Jul 2025
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Ikuti Buletin
Voxnes Logo Voxnes Logo
  • Berita
  • Nusantara

    Krisis Tenis Tunggal Putra Malaysia Terkuak Pasca Kegagalan Di All England Open 2025; Pelatih Jadi Sorotan Utama

    Oleh Rany Nasution

    Polisi Aceh Tangkap 22 Pejudi Daring

    Oleh Angga Maulana

    Pertamina Patra Niaga JBT Kembali Konservasi Pantai Selatan Cilacap

    Oleh Angga Maulana

    15 Pengalaman Dalam Ruangan yang Seru di Singapura: Apakah Kamu Berani Menguji Trick Eye Museum?

    Oleh Rany Nasution

    Terancam Digusur, Warga Kampung Bayam Optimistis Pasar Dunia

    Oleh Angga Maulana

    Krisis Tenis Tunggal Putra Malaysia Terkuak Pasca Kegagalan Di All England Open 2025; Pelatih Jadi Sorotan Utama

    Oleh Rany Nasution
  • Global
  • Bisnis
    Krisis Populasi Bikin Pening, China 'Kebanjiran' Susu

    Anjloknya Konsumsi Susu di China: Surplus dan Turbulensi di Pasar

    Oleh cris a jeni putri
    Aplikasi GPOS B2B dikembangkan oleh Argon Group, kelompok usaha memperkuat ekosistem digital kesehatan untuk mempermudah akses ke produk kesehatan.

    Transformasi Digital, Argon Group Kembangkan Aplikasi Belanja Produk Kesehatan

    Oleh Angga Maulana
    Respons Aksi Mogok Kerja, Boeing Akan Rumahkan Puluhan Ribu Karyawan

    Boeing Merumahkan Sementara Ribuan Karyawan

    Oleh Panggih Suseno
    Ilustrasi jembatan timbang

    Kemenhub Masih Toleransi Truk yang Kelebihan Muatan

    Oleh Angga Maulana
    Menko Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto (kiri) didampingi Menkopolhukam Mahfud MD memberikan keterangan kepada wartawan terkait perkembangan penanganan COVID-19 di Jakarta, Jumat (11/9/2020). Pemerintah menyebutkan realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) per 2 September 2020 mencapai Rp237 triliun atau 30,9 persen dari total pagu sebesar Rp695,2 triliun.

    Airlangga Ungkap Adanya Sinyal Pemulihan Ekononomi Nasional

    Oleh Angga Maulana
    Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani (kanan) bersama Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto memberikan keterangan terkait pelaksanaan Jakarta Food Security Summit (JFSS) di Jakarta, Selasa (6/3).

    Kadin Minta Pemda Sambut Hangat Investasi

    Oleh Angga Maulana
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Indeks
Perbesar FontAa
VoxnesVoxnes
  • Bookmark
  • Riwayat Bacaan
Search
  • Nusantara
  • Global
  • Opini
  • Sosok
  • Bisnis
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Edukasi
  • Olahraga
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Voxnes > depression > Hubungan Antara Nyeri Kronis, Depresi, dan Kecemasan: Memahami dampak saling berhubungannya
depressionHealthhealthcare and medicinenewspsychology of depression

Hubungan Antara Nyeri Kronis, Depresi, dan Kecemasan: Memahami dampak saling berhubungannya

Rany Nasution
Terakhir diperbarui: 25 Maret 2025 5:31 am
Rany Nasution
Bagikan
AA1B2GLQ
Bagikan


Voxnes.com

– Rasa sakit kronis merupakan permasalahan kesehatan yang mempengaruhi jutaan individu di berbagai belahan dunia, dengan pengaruhnya melampaui aspek fisik semata.

Tinjauan terakhir yang mencakup lebih dari 375 penelitian mengungkapkan hubungan penting antara rasa sakit berkelanjutan dan masalah kejiwaan.

Dari studi itu diketahui bahwa kira-kira 40% orang dewasa yang menderita rasa sakit berkelanjutan juga menghadapi level depresi dan kegelisahan yang signifikan, suatu temuan yang memprihatinkan karena minimnya perawatan menyeluruh bagi kedua masalah ini.

Penelitian ini dikendalikan oleh tim riset dari Johns Hopkins Medicine, yang menyoroti kesesuaian melakukan pemeriksaan berkala terhadap depresi dan kegelisahan pada orang-orang dengan rasa sakit kronis.

Baca Juga:Dosen IPB: Faktor Keamanan Jadi Kunci Pemilihan Kemasan Pangan 

Peneliti pun mengamati bahwa perempuan, remaja dan individu yang mengidap fibromyalgia merupakan golongan yang lebih berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan mental akibat rasa sakit jangka panjang.

Seiring bertahun-tahun, berbagai studi telah mengungkapkan bahwa rasa sakit yang berkelanjutan dan masalah kesehatan jiwa cenderung muncul secara bersamaan.

Akan tetapi, studi terkini ini menunjukkan bahwa ikatan di antara keduanya justru lebih dekat dari apa yang sempat diprediksi sebelumnya.

Penemuan ini menegaskan kembali kebutuhan akan perawatan kesehatan jiwa sebagai komponen dalam mengelola rasa sakit jangka panjang, yaitu rasa sakit yang bertahan selama lebih dari tiga bulan.

Baca Juga:Pasien Covid-19 Keluhkan Gejala tak Biasa pada Kaki, Apa Itu?

Rasa sakit yang terus-menerus bisa mengakibatkan ketidakmampuan, menimbulkan dampak pada kesanggupan orang tersebut untuk melakukan pekerjaan, istirahat, serta ikut dalam rutinitas harian.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kira-kira 51,6 juta orang dewasa di Amerika Serikat, atau kurang lebih 21% dari total penduduknya, menderita rasa sakit berkelanjutan pada tahun 2021.

Dari kelompok tersebut, sekitar 20% sampai 40% juga menderita depresi dan kegelisahan.

Dr. Rachel Aaron, ketua penelitian ini dan sekaligus dosen asisten dalam departemen kedokteran fisiologi dan rehabilitasi di John Hopkins University School of Medicine, menyatakan, “Saat ini kita sudah mempunyai obat-obatan yang cukup baik untuk mengatasi depresi dan kegelisahan, termasuk rasa sakit jangka panjang; namun biasanya perawatan-perawatan tersebut dipisahkan.”

Banyak penelitian justru mendiskualifikasi orang dengan rasa sakit berkelanjutan yang juga menderita depresi atau kekhawatiran dari percobaan medis. Kita perlu metode penyembuhan terpadu untuk meredakan rasa sakit jangka panjang serta masalah kesejahteraan psikologis sekaligus, dia melanjutkan.

Untuk mengukur sejauh mana tingkat kesulitan tersebut, para peneliti memeriksa informasi dari 376 riset yang berlangsung mulai tahun 2013 hingga 2023. Riset-riset itu mencakup 347.468 orang dewasa di atas usia dari total 50 negera berbeda.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan betapa seringnya orang yang mengidap rasa sakit terus-menerus merasakan depresi atau cemas, serta ingin melihat perbedaannya dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gangguan seperti itu.

Pemilihan topik pada studi ini meliputi tanda-tanda klinik dari rekam medis pasien, standar diagnosa yang terdapat dalam Buku Diagnosa dan Statistik Gangguan Jiwa (DSM-5), bersama dengan beberapa faktor demografi lainnya termasuk umur, gender, tempat tinggal, serta lama waktu mengalami rasa sakit.

Temuan studi tersebut menyatakan bahwa 39% responden yang menderita rasa sakit terus-menerus juga mengidap depresi klinis, dan sekitar 40% lainnya mengalaminya dalam bentuk kegelisahan klinis.

Dari jumlah tersebut, sekitar 37% di antaranya menderita depresi Mayor, dan hanya 6% lainnya yang mengidap depresi Kronis.

Kecemasan umum melanda sekitar 17% dari populasi, sedangkan 8% mengalami serangan panic attack. Di sisi lain, hanya dua persen yang terkena dampak oleh kecemasan sosial.

Informasi tersebut menegaskan hipotesis bahwa kejadian negatif sepanjang hayat beserta stres emosi bisa mendorong peningkatan potensi mengidap rasa sakit nociplastik jangka panjang, hal ini berkaitan dengan modifikasi pada mekanisme otak dan sumsum tulang belakang dalam mentransmisikan sinyal ketidaknyamanan.

Walaupun terdapat keterkaitan erat antara rasa sakit jangka panjang dengan kondisi psikologis, disayangkan sekali bahwa pemeriksaan mengenai depresi dan kekhawatiran belum menjadi bagian dari tata laksana standar untuk masalah kesakitan berkelanjutan tersebut.

Banyak orang dengan rasa sakit terus-menerus yang juga merasakan depresi atau cemas memiliki tantangan dalam memperoleh penanganan yang tepat. Bahkan, sebagian dari mereka ditolak ikut serta dalam percobaan medis yang bertujuan mengevaluasi obat-obatan baru bagi penderita nyeri.

“Penderita rasa sakit kronis memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan depresi serta cemas daripada orang biasa. Hal tersebut menjadi permasalahan kesehatan publik yang signifikan sehingga sebaiknya ditangani melalui pemeriksaan berkala akan hal itu dalam konteks medis,” jelas Dr. Aaron.

“Di sisi lain, kebanyakan orang yang menderita rasa sakit terus-menerus tidak mengalami depresi ataupun cemas. Hasil penelitian ini membantahkan anggapan bahwa rasa sakit terus-menerus senantiasa berhubungan dengan perasaan sedih dan memberikan pengingat bahwa mereka yang memiliki rasa sakit terus-menerus tetap bisa mempertahankan kesejahteraan mental yang baik,” jelasnya.

Hasil penelitian ini mengindikasikan kebutuhan akan transformasi pada metode penyembuhan terkait rasa sakit jangka panjang serta masalah kesejahteraan psikologis.

Sebaliknya dari menyikapi keduanya sebagai permasalahan tersendiri, penting bagi para praktisi medis untuk merancang strategi yang mampu menyelesaikan kedua hal tersebut dengan bersama-sama.

Inovasi seperti program terapi yang disegabungkan, perbaikan proses pemeriksaan awal di lingkungan klinik, dan batasan partisipasi yang lebih besar dalam studi uji coba dapat memberikan manfaat signifikan.

Mengakui hubungan antara rasa sakit jangka panjang dan masalah kejiwaan merupakan tahap pertama dalam arah transformasi besar, yang bisa meningkatkan mutu hidup bagi orang-orang yang menghadapi penderitaan terus-menerus serta hambatan kesejahteraan psikologis yang umumnya berkaitan dengannya.

Riset selengkapnya sudah diumumkan dalam jurnal JAMA Network Open.

Bagikan Artikel Ini
Twitter Email Salin Tautan Cetak
Artikel Sebelumnya BB1rdf3T Fakta Menarik Tentang Buah Nangka Yang Wajib Anda Ketahui
Artikel Berikutnya AA1B39uB Netanyahu Mau Ganti Kepala Intelijen Israel saat Konflik Internal Semakin Panas

Sumber Terpercaya untuk Informasi Akurat dan Terbaru!

Kami berkomitmen untuk menyajikan berita yang akurat, objektif, dan terkini. Itulah sebabnya banyak orang mempercayai kami untuk mendapatkan informasi terbaru. Ikuti kami untuk pembaruan real-time tentang berita dan tren terbaru!
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Posting Populer

Ai Ogura Didiskualifikasi dari MotoGP Argentina 2025 karena Penggunaan Barang Ilegal

Voxnes.com - Pembalap Tim Trackhouse Racing, Ai Ogura, sekali lagi menampilkan performa luar biasa dengan…

Oleh Rany Nasution

Waspadai Bahaya Buah Belimbing: Kelebihan dan Risiko untuk Ginjal

Buah dan sayuran adalah komponen penting dalam pola makan sehat. Mereka kaya akan vitamin, mineral,…

Oleh Adi Ariyanto

Berani Coba, Dijamin Ketagihan! Resep Mudah Mie Nyemek Telur dari Chef Devina Hermawan

MIE NYEMEK Telur merupakan masakan ringan namun memiliki cita rasa luar biasa. Campuran mi yang…

Oleh Rany Nasution

Anda Mungkin Juga Menyukainya

AA1B3xXP
economicseducationgovernmentnewspublic education

Menag: Upah Guru di Sekolah Negeri Rp 4,5 Juta, di Madrasah Cuma Rp 100 Ribu Sebulan

Oleh Rany Nasution

Rocky Gerung Khawatir? Beginilah Atmosfer Sidang Spesial RUU TNI di Hotel Eksklusif dengan Ruangan yang Dibuka paksa

Oleh Rany Nasution
AA1fDMEp
blood sugardiabetesHealthhealth advicemedical conditions and diseases

8 Tanda Diabetes yang Muncul saat Pagi Hari, Apa Saja?

Oleh Rany Nasution
BB1rkNHr
coffeefood and drinkHealthhealth & fitnesshealth advice

Waktu Ideal Ngopi Untuk Jaga Kesehatan Jantung dan Fokus Sepanjang Hari

Oleh Rany Nasution
Voxnes Logo Voxnes Logo
FacebookSuka
TwitterIkuti
InstagramIkuti
TikTokIkuti
WhatsAppIkuti
Google NewsIkuti

Kanal

  • Voxnes Nusantara
  • Voxnes Global
  • Opini & Analisis
  • Sosok & Inspirasi
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi & Inovasi
  • Gaya Hidup & Kesehatan
  • Hiburan & Budaya Pop
  • Lingkungan & Alam
  • Edukasi & Pengembangan Diri
  • Komunitas & Sosial
  • Olahraga

Berlangganan Newsletter

Daftarkan diri Anda untuk menerima artikel terbaru kami langsung di inbox Anda!

  • Disclaimer
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Kontak

Copyright 2024 Voxnes Media. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi?