Ancaman Superbug Mematikan: Dua Juta Nyawa Terancam Setiap Tahun
Jakarta, VOXNES – Sebuah studi terbaru memperingatkan tentang ancaman serius yang ditimbulkan oleh bakteri super (superbug) yang resisten terhadap antibiotik. Penemuan ini mengungkap bahwa hampir dua juta jiwa per tahun bisa menjadi korban superbug, menandai ancaman kesehatan global yang mendesak.
Analisis pertama tentang kematian akibat resistensi antimikroba (AMR) mengungkap fakta mengejutkan. Lebih dari satu juta orang setiap tahun meninggal akibat infeksi superbug antara 1990 dan 2021. Perhitungan yang lebih memprihatinkan memperkirakan bahwa angka kematian akibat infeksi ini akan melonjak menjadi 1,91 juta per tahun pada tahun 2050.
Resistensi Antibiotik: Ancaman yang Memburuk
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri mengembangkan ketahanan terhadap obat yang digunakan untuk mengobatinya, termasuk antibiotik. Ketahanan ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat, yang memicu evolusi bakteri menjadi lebih tahan terhadap efek obat.
Para ilmuwan dari Universitas Washington mencatat bahwa lebih dari 39 juta orang berpotensi meninggal akibat infeksi yang resisten terhadap antibiotik antara saat ini dan 2050.
"Saat ini adalah saat yang tepat untuk bertindak jika kita ingin melindungi orang-orang di seluruh dunia dari ancaman superbug," tegas para peneliti dalam sebuah pernyataan dikutip dari The Telegraph pada 18 September 2024.
Perubahan Tren: Kematian Meningkat di Usia Lanjut
Walaupun analisis global oleh proyek Global Research on Antimicrobial Resistance menunjukkan penurunan kematian akibat AMR di antar anak-anak di bawah lima tahun hingga 50 persen sejak tahun 1990, angka kematian akibat AMR justru meningkat lebih dari 80 persen di antara populasi berusia 70 tahun ke atas.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal The Lancet ini menegaskan perlunya strategi holistik yang mencakup pencegahan infeksi, vaksinasi, penggunaan antibiotik yang hati-hati, dan penelitian untuk mengembangkan antibiotik baru.
Mohsen Naghavi, penulis studi dan ketua tim peneliti AMR di Institute of Health Metrics (IHME), Universitas Washington, menekankan pentingnya pengobatan antimikroba dalam perawatan kesehatan modern.
"Temuan ini menyoroti bahwa AMR telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan selama beberapa dekade dan ancaman ini terus meningkat," ujarnya.
Kevin Ikuta, dari Universitas California Los Angeles (UCLA), menambahkan bahwa penurunan kematian akibat sepsis dan AMR di kalangan anak-anak selama tiga dekade terakhir adalah pencapaian yang luar biasa. Namun, ancaman terhadap kelompok lansia semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi usia lanjut.
"Hal ini menunjukkan pentingnya untuk mengambil tindakan segera agar kita bisa melindungi orang-orang di seluruh dunia dari ancaman AMR," komentar Ikuta.
Analisis Mendalam: Global, Mendalam, Komprehensif
Penelitian ini dilakukan dengan analisis mendalam terhadap 22 patogen, 84 kombinasi patogen-obat, dan 11 kondisi infeksi, termasuk meningitis, infeksi aliran darah, dan infeksi lainnya, di antara orang dari segala usia di 204 negara dan wilayah.
Perkiraan tersebut didasarkan pada berbagai sumber terpercaya, termasuk data rumah sakit, catatan kematian, dan data penggunaan antibiotik.
Stein Emil Vollset, penulis penelitian dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia, memperingatkan bahwa pada tahun 2050, infeksi yang resistan dapat menyebabkan sekitar delapan juta kematian setiap tahun, baik sebagai penyebab langsung kematian maupun sebagai faktor penyebab kematian sekunder.
"Untuk mencegah skenario yang mematikan ini, kita sangat membutuhkan strategi baru untuk mengurangi risiko infeksi parah melalui vaksin, obat baru, peningkatan layanan kesehatan, akses yang lebih baik ke antibiotik yang ada, dan panduan tentang cara menggunakan antibiotik secara paling efektif," tegas Vollset.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga secara tegas menyatakan AMR sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat dan pembangunan global.
Tekanan Tinggi di Asia Selatan
Penelitian menunjukkan bahwa kematian akibat AMR di masa mendatang akan paling tinggi di Asia Selatan. Total 11,8 juta kematian yang terkait langsung dengan AMR diperkirakan terjadi antara tahun 2025 dan 2050 di wilayah tersebut.