Melindungi 0,7% Daratan Bumi: Solusi Jitu untuk Selamatkan Sekitar 1/3 Spesies Terancam Punah
LONDON – Memangkas luas lahan yang dilindungi menjadi fokus baru dalam upaya konservasi global. Penelitian terbaru dari Imperial College London, diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, mengungkapkan bahwa fokus pada area dengan keanekaragaman hayati tinggi dan spesies yang unik serta terancam punah dapat menyelamatkan sepertiga dari spesies tetrapoda (berdarah panas yang memiliki kaki) yang terancam di seluruh dunia.
Strategi ini, yang disebut Zon EDGE, berpotensi besar untuk menggarap keberlanjutan alam dengan melindungi hanya 0,7% dari luas daratan Bumi. Ironisnya, saat ini hanya 20% dari zona EDGE yang disebutkan dalam studi ini berada di bawah bentuk perlindungan, dan sebagian besar menghadapi tekanan manusia yang konsisten dan semakin meningkat.
“Strategi ini menyoroti wilayah-wilayah dunia yang membutuhkan perhatian segera. Penelitian kami menunjukkan bahwa dengan melindungi hanya sebagian kecil dari permukaan daratan Bumi, kita dapat mencapai keuntungan besar dalam pelestarian alam,” jelas Sebastian Pipins, penulis utama studi dan mahasiswa PhD di Grantham Institute, Imperial College London, seperti dilansir VOXNES.com dari laman Imperial College London (10/09/2024).
Keaneka Ragaman Ekosistem dan Dibalik Ancaman Kepunahan
Proyek ini, merupakan kolaborasi antara peneliti dari Imperial College London, On the Edge, dan Zoological Society of London (ZSL), mengidentifikasi area-area konservasi spesifik dengan tingkat sejarah evolusi terancam yang sangat tinggi. Skala ini, yang dikenal sebagai Zon EDGE, ditandai dengan konsentrasi spesies Evolutionarily Distinct (ED) and Globally Endangered (GE).
Spesies ED menunjukkan tingkat keunikan evolusioner yang tinggi, hasil evolusi panjang dengan sedikit atau tidak ada kerabat hidup yang dekat. Sementara itu, ancaman global mencerminkan risiko kepunahan suatu spesies. Spesies yang mendapatkan skor tinggi pada kedua ukuran ini disebut spesies EDGE.
“Penting untuk tidak hanya mempertimbangkan keragaman spesies dalam upaya konservasi, tetapi juga sejarah evolusi keragaman, untuk memastikan bahwa cabang besar dan unik dari pohon kehidupan tidak hilang,” kata Pipins.
Memetakan Zon EDGE: Kawasan Konservasi Prioritas
Studi ini berhasil memetakan distribusi hampir 3.000 spesies ED, mengidentifikasi 25 Zona EDGE di mana upaya konservasi dapat memberikan dampak terbesar.
Area-area tersebut tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk sebagian besar Asia Tenggara dan dataran Indo-Gangetic, cekungan Amazon dan Hutan Atlantik, serta di Hispaniola, dataran tinggi Kamerun, dan pegunungan Eastern Arc di Afrika Timur.
Penelitian ini juga menyingkap kekayaan maksimum dalam area kurang dari 100 kilometer persegi di Madagaskar, yang bersama dengan Meksiko dan Indonesia, mengandung jumlah spesies EDGE tertinggi.
Tantangan dan Dukungan Pengelolaan Kemasyarakatan
Penelitian menemukan bahwa sebagian besar Zona EDGE menghadapi tingkat gangguan manusia yang tinggi. Hal ini dibarengi dengan fakta bahwa populasi manusia di banyak negara Zona EDGE menghadapi keterbelakangan dalam pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.
“Situasi saat ini adalah krisis keanekaragaman hayati, dipicu oleh penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Sangat mengejutkan tetapi tidak mengherankan bahwa 80% dari zona yang kami identifikasi berada di bawah tekanan tinggi dari aktivitas manusia,” kata Dr. Rikki Gumbs, penulis bersama dari program EDGE of Existence ZSL.
Sumber daya pemerintah yang terbatas sering prioritaskan untuk mengatasi keterbelakangan manusia, meninggalkan sedikit untuk konservasi keanekaragaman hayati.
“Pentingnya global dari keanekaragaman hayati di dalam wilayah-wilayah ini, negara-negara berpendapatan tinggi harus menyumbangkan dana untuk memfasilitasi pembangunan berkelanjutan yang menguntungkan baik manusia maupun alam,” kata Pipins.
Memprioritaskan Konservasi Zona EDGE
Saat negara-negara berusaha mencapai target Konvensi Keanekaragaman Hayati untuk melindungi 30% daratan dan laut pada tahun 2030, penulis menekankan perlunya memprioritaskan bagian-bagian yang tidak terlindungi dari Zona EDGE.
“Dengan Konferensi Biodiversitas COP16 yang akan datang, kita perlu melihat para pemimpin dunia dari seluruh dunia memperbesar komitmen dan sumber daya mereka untuk mendukung upaya ini dan memulihkan dunia alami yang kita semua andalkan,” kata Dr. Gumbs.
Menerapkan Zona EDGE untuk Konservasi Spesies Vulkaner
Para peneliti menekankan bahwa temuan mereka menunjukkan bahwa keuntungan besar dari keanekaragaman hayati dapat dicapai dengan penambahan relatif kecil ke area yang dilindungi secara global.
Mereka juga berpendapat bahwa penelitian mereka menawarkan potensi untuk memperluas pendekatan Zona EDGE ke kelompok-kelompok satwa liar penting lainnya, seperti tumbuhan dan ikan.
Gerakan Menuju Keberlanjutan Alam
Zona EDGE yang diidentifikasi dalam penelitian ini akan membimbing kegiatan organisasi amal On the Edge, mengarahkan pemberian hibah konservasi mereka, kampanye regional, dan cerita yang dipimpin penerima hibah. Zona EDGE juga akan menjadi bagian dari pengambilan keputusan untuk alokasi sumber daya bagi program EDGE of Existence ZSL, yang telah mendanai pekerjaan pada lebih dari 50 spesies EDGE yang ditemukan di negara-negara Zona EDGE, dengan fokus khusus pada dataran Gangetic dan Kamerun.
Upaya ini menunjukkan potensi besar untuk masa depan alam. Dengan fokus pada pengorbanan kecil, kita dapat mencapai dampak yang besar dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia dan menjaga keseimbangan ekosistem yang kompleks ini untuk generasi mendatang.