Nizam Ahmad: Bakat Muda Loncat Indah Indonesia yang Mencuri Perhatian
Siarannya tidak dipenuhi gerusan tambahan kemenangan, tetapi kehadiran Nizam Ahmad, peloncat indah berusia 13 tahun, pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara (2024) berhasil menyisihkan sorotan dari emas-emas yang tercipta. Ia yang belum membawa pulang medali dari Kolam Renang Selayang, Medan, justru mencuri perhatian publik dengan mentalitas dan teknik yang brilian.
Sorakan dan tepukan tangan penonton tak henti selama penampilan Nizam. Penonton terutama terpesona saat ia melancarkan teknik-teknik lompat yang tak sederhana untuk usianya. Pada nomor papan satu meter putra, Selasa, 10 September 2024, Nizam menunjukkan kelihaiannya dengan sempurna. Ia mengeksekusi berbagai teknik, termasuk reverse dive, lompat ke depan dengan rotasi ke belakang disertai setengah somersault dalam posisi pike.
Meskipun belum menuai podium, Nizam Ahmad membawa pulang pengalaman berharga di PON 2024. Debutnya di ajang olahraga terselar terbesar di Tanah Air ini menjadi langkah awal yang berarti untuknya.
"Saya senang dan bangga bisa tampil di PON," ujar Nizam yang merupakan siswa SMP Negeri 2 Banjarmasin. Ia sejak kecil gemar melompat dan salto di sungai bersama teman-temannya.
Dari Sungai ke Papan Loncat
Perjalanan Nizam Ahmad dengan loncat indah dimulai pada usia 9 tahun. Saat berkunjung ke kolam renang di Banjarmasin, ia langsung terpesona dengan olahraga yang memukau ini.
"Seru sekali bisa loncat dan salto ke air," ungkap Nizam yang selalu menjadi pionir dalam melompat dan salto bersama teman-temannya di sungai dekat rumah di Sungai Kelayan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bagi Nizam, melompat indah adalah esensi dari pemberanian dan meluncur ke dalam air.
Hanya dalam waktu empat tahun sejak pertama kali berlatih, Nizam mampu menembus PON 2024. Pencapaian ini sungguh luar biasa bagi seorang atlet muda. Ia kerap merasa gugup saat berdiri di atas papan, tapi ia bangga bisa bersaing dengan para senior yang sudah berpengalaman.
"Sebenarnya saya grogi setiap menginjak papan. Lawan-lawan saya loncatannya keren-keren. Tapi saya juga bangga bisa berada di sini," ucap Nizam.
Tampil di ajang olahraga terbesar di Indonesia memberi pengalaman berharga bagi Nizam yang bisa belajar langsung dari idolanya. Salah satunya adalah Muhammad Ridho Akbar, peloncat indah asal Sumatera Selatan.
"Senang sekali bisa melihat langsung loncatan-loncatan Kak Ridho yang keren," ujar Nizar.
Menuju Mimpi Keberhasilan
Setelah debut di PON 2024, semangat Nizam semakin membara untuk terus berkembang. Ia bercita-cita meraih medali di kejuaraan nasional dan PON mendatang, serta masuk ke tim nasional Indonesia.
"Mimpi saya setelah ini adalah bisa meraih medali di kejuaraan nasional dan PON mendatang. Saya juga ingin masuk tim nasional," ucap dia.
Dominasi Jawa Timur dan DKI Jakarta
Kompetisi loncat indah dalam PON 2024 telah lama didominasi oleh DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sejak PON 2012 di Riau, kedua provinsi ini selalu berada di puncak perolehan medali. Namun, dominasi terbesar tetap dipegang oleh Jawa Timur, terutama dalam beberapa edisi terakhir.
Pada PON 2012 di Riau, Jawa Timur menjadi peraih medali terbanyak dengan 5 emas dan 5 perak. DKI berada di bawahnya dengan 4 emas, 4 perak, 2 perunggu.
Dominasi Jawa Timur pun berlanjut empat tahun kemudian di PON 2016 Jawa Barat dengan meraih 5 emas, 3 perak, 1 perunggu. DKI di posisi kedua dengan 2 emas, 4 perak, dan 3 perunggu. Jawa Barat sebagai tuan rumah kala itu mampu berada di posisi ketiga dengan 2 emas, 2 perak, 1 perunggu.
PON 2016 juga menjadi momentum penting Kalimantan Selatan karena berhasil meraih medali emas melalui Eka Purnama Indah yang turun pada nomor papan 3 meter putri. Secara keseluruhan, Kalimantan Selatan mengantongi 1 emas, 1 perak, 1 perunggu.
Sayang, pada PON 2021, Kalimantan Selatan pulang tanpa medali. Pada momen ini, DKI Jakarta mengambil posisi dengan meraih 5 emas, 5 perak, 1 perunggu. Sedangkan Jawa Timur di urutan kedua dengan 5 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. Papua sebagai tuan rumah meraih 1 emas dan 2 perunggu.
Pada PON 2024 Aceh-Sumatera Utara, Jawa Timur kembali membuktikan kekuatannya dengan meraih enam medali emas, tiga perak, dan dua perunggu. Lima emas di antaranya disumbangkan oleh Gladies Lariesa Garina Hagakore, bintang utama loncat indah putri. Tak hanya Gladies, Aldinsyah Putra Rafi juga menyumbangkan satu medali emas untuk Jawa Timur pada nomor papan 3 meter putra.
Di posisi kedua klasemen akhir, DKI Jakarta mengamankan empat emas, tiga perak, dan dua perunggu.
Pelatih kontingen Jawa Timur, Ronaldy Herbintoro, menyatakan keberhasilan Jawa Timur tak lepas dari pembinaan yang berkelanjutan. Namun, ia juga mengakui adanya tantangan dalam regenerasi atlet, terutama karena olahraga loncat indah masih kurang populer di kalangan masyarakat.
Dengan adanya ajang seperti PON, Ronaldy berharap loncat indah akan makin dikenal dan mampu menarik minat generasi muda.