Taman Nasional Mutis Timau: Embun Hijau Rakyat Nusa Tenggara Timur
Pada 8 September 2024, di ketinggian Denpasar, Bali, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia Siti Nurbaya dan Tim Bezos Earth Fund (BEF) meresmikan Taman Nasional Mutis Timau sebagai Taman Nasional ke-56 di Indonesia. Acara ini disiarkan langsung ke Nusa Tenggara Timur (NTT), menandai tonggak penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia, khususnya untuk wilayah NTT yang kini bernaung di bawah naungan Taman Nasional Mutis Timau.
Sebuah Langkah Gigantes untuk Pelestarian Lingkungan
Dalam sambutannya, Menteri Siti Nurbaya menegaskan, “Taman Nasional Mutis Timau menjadi paru-paru bagi Nusa Tenggara Timur dan simbol komitmen dalam melindungi keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang.” Pernyataan ini menyoroti peran vital Taman Nasional Mutis Timau dalam menjaga keseimbangan ekosistem Pulau Timor dan menjaga kekayaan alam Indonesia.
Keanekaragaman Hayati yang Kilauan di Pegunungan Mutis
Taman Nasional Mutis Timau, dengan luas 78.789 hektar, menawarkan panorama keanekaragaman hayati yang memukau.
Flora khas yang meremah di kawasan ini, antara lain Eucalyptus urophylla (Ampupu), beberapa spesies kayu bernilai tinggi dan beragam tegalan. Pohon Ampupu sendiri memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan masyarakat lokal. Selain itu, Taman Nasional Mutis Timau menjadi rumah bagi spesies langka dan dilindungi seperti Perkici Timor dan Rusa Timor, menunjukkan pentingnya kawasan ini sebagai tempat perlindungan bagi berbagai spesies.
Perjalanan Panjang Menuju Pengakuan Global
Sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional, kawasan ini dikenal sebagai Cagar Alam Mutis Timau. Statusnya mengalami beberapa perubahan sejak ditunjuk sebagai hutan tutupan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1928. Setelah kemerdekaan, berbagai peraturan dan keputusan mengubah status kawasan ini, dimulai dengan penetapan sebagai Cagar Alam Mutis Timau pada tahun 1974 dan akhirnya menjadi Taman Nasional pada tahun 2024. Perjalanan panjang ini mencerminkan komitmen yang terus-menerus untuk melindungi dan melestarikan kawasan ini.
Keragaman Flora dan Fauna yang Menakjubkan
Taman Nasional Mutis Timau kaya akan flora dan fauna. Berdasarkan data dari Balai Besar Konservasi dan Taman Nasional NTT (BBKSDA NTT), jenis flora yang dominan di Cagar Alam Gunung Mutis antara lain Ampupu (Eucalyptus alba), Bijama, Haubesi, dan Kakau/Cemara Gunung.
Sementara itu, fauna yang menghuni Taman Nasional Mutis Timau meliputi berbagai mamalia, reptilia, dan burung, termasuk Rusa Timor, Kuskus, Punai Timor, dan Betet Timor. Keberadaan fauna tersebut yang unik tidak ditemukan di habitat lain, menunjukkan pentingnya Taman Nasional Mutis Timau sebagai zona perlindungan bagi spesies endemik.
Syahdhat Alam dan Kesejahteraan Masyarakat
Taman Nasional Mutis Timau tidak hanya penting untuk konservasi alam, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Potensi jasa lingkungan di kawasan ini meliputi:
- Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro: Sumber daya air di Taman Nasional Mutis Timau dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga mikrohydro yang melayani masyarakat di desa Nenas.
- Mangsual Alam Madu: Kelompok masyarakat lokal memanfaatkan madu alam dari kawasan Taman Nasional Mutis Timau sebagai sumber pendapatan.
- Pengembangan Ekowisata: Potensi pengembangan ekowisata di Taman Nasional Mutis Timau menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Keistimewaan Geologi, dan Iklim
Kawasan taman nasional ini memiliki topografi yang didominasi oleh pegunungan dan bukit dengan puncak tertinggi, Gunung Mutis, mencapai ketinggian 2.427 meter di atas permukaan laut. Secara geologis, kawasan ini memiliki formasi yang khas, dengan batuan basah dan tanah kompleks. Keberadaan curah hujan yang tinggi, rata-rata 2000-3000 mm per tahun, menjadikan Taman Nasional Mutis Timau seorang penyedia air vital bagi Pulau Timor.
Potensi Wisata yang Menarik
Akses ke Taman Nasional Mutis Timau dapat dilakukan melalui beberapa jalur, termasuk dari arah selatan, timur, dan utara. Meskipun kunjungan wisatawan saat ini terbilang kecil, yakni sekitar 1.500 pengunjung setiap tahunnya, Taman Nasional Mutis Timau memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata alam yang menarik.
Tetap di hati!”, perkataan Menteri Siti Nurbaya, yang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia sebagai sorotan penting dalam program pelestarian lingkungan negara.
Penetapan Taman Nasional Mutis Timau secara resminya menjadi bukti nyata komitmen Indonesia terhadap pelestarian lingkungan dan perlindungan keanekaragaman hayati. Langkah ini bukan hanya melindungi kekayaan alam yang berharga tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan ekowisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di wilayah NTT.
Taman Nasional Mutis Timau kini berdiri sebagai simbol keberhasilan konservasi dan harapan untuk masa depan yang lebih hijau bagi Indonesia.