Voxnes.com
,
Jakarta
– Pasukan Khusus Damai Cartenz memulai investigasinya dan menyingkap beberapa sumber penyuplai senjata api ilegal bagi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka.
TPNPB-OPM
Berdasarkan temuan investigasi, ada tiga supplier yang mengedarkannyakan senjata api serta peluru kepada kelompok kriminal berbersenjata tersebut.
Pemasok senjata api ilegal bagi TPNPB-OPM mulai terbongkar pada awal tahun ini. Pembongkaran tersebut berawal ketika
Satgas Damai Cartenz
Dan Kepolisian Daerah Papua telah menangkapi dua mantan anggota Tentara Nasional Indonesia yang terlibat dalam penyediaan senjata untuk Organisasi Papua Merdeka.
Ke dua mantan prajurit itu adalah mantan bagian dari Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari, yakni Yuni Enumbi dan Eko Sugiyono. Mereka berdua dipecat dari TNI mulai tahun 2022 lantaran terlibat dalam perdagangan senjata illegal kepada TPNPB-OPM.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyelesaian kasus tersebut, petugas kepolisian kemudian menggerebek sindikat penyedia senjata bagi pasukan OPM.
Polda Papua
Dan Kepolisian Daerah Jawa Timur berhasil menggerebek sindikat produsen senjata ilegal yang berkantor pusat di Bojonegoro, Jawa Timur.
Kelompok jaringan ini meliputi Teguh Priyono, M. Kamaluddin, Pujiono, M. Herianto, serta Adi Pamungkas. Dengan pengecualian untuk Herianto, individu-individu yang disebutkan termasuk Yuni dan Eko telah ditentukan sebagai tersangka dalam kasus perdagangan senjata api ke arah TPNPB-OPM.
Yuni Enumbi dinilai mempunyai peranan krusial dalam kelompok tersebut. Ia bertindak sebagai sumber pendanaan dan pemasok senjata untuk TPNPB OPM yang dipimpin oleh Lerimayu Telenggen di Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Pada saat yang sama, Eko Sugiyono bertindak sebagai perantara antara Yuni Enumbi dengan tim perakit senjata di Bojonegoro. Ia adalah kawan lama Yuni Enumbi dari masa dinas bersama di Komando Daerah Militer Kausari.
Pasokan senjata bagi TPNPB-OPM juga datang dari negara lain. Menurut Ketua Satgas Damai Cartenz, Komisaris Besar Faisal Ramdhani, antara tahun 2020 sampai 2024, sebagian besar persenjataan yang diamankan berasal dari wilayah Mindanao Selatan di Filipina.
“Mayoritas operasi penegakan hukum yang terjadi antara tahun 2020 sampai 2024 berasal dari wilayah Mindanao Selatan,” ungkapnya dalam pernyataan formal pada hari Selasa, tanggal 11 Maret 2025.
Dia pun tidak membantah jika beberapa insiden penyelundupan senjata ilegal menuju kelompok separatis Papua (OPM) melibatkan pihak berwenang. Peranan militer serta kepolisian dalam jejaring semacam ini bukan sekadar terkait dengan perdagangan langsung, tetapi juga bertindak sebagai perintis untuk mendapatkan suplai senjata ilegal tersebut.
Selama empat tahun belakangan ini, polisi sudah mengumpulkan 77 buah senjata api dengan variasi tipe yang berbeda-beda. Sementara itu, total peluru yang sukses diamankan mencapai angka 6.838 butir.
“Mayoritas penangkapan terjadi antara tahun 2022 sampai 2024, periode tersebut bersamaan dengan usaha pembebasan pilot Susi Air yang diculik oleh KKB. Berbagai tempat persembunyian serta persediaan logistik mereka ikut disita,” katanya.
TNI menyangkal terlibat dalam perdagangan senjata api dengan OPM. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Hariyanto menyatakan bahwa kabar tersebut bertujuan untuk merusak citra para tentara.
“Kami menyebutkan bahwa TNI tak pernah mengedarkan senjata ke siapapun, apalagi ke kelompok OPM yang sebenarnya selalu bertentangan dengan TNI,” ungkap Hariyanto.
Sebagai alternatif, juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menyebut bahwa salah satu metode untuk mendapatkan senjata adalah dengan membeli dari pihak TNI. “Tentara Nasional Indonesia serta kepolisian membutuhkan dana, sementara kita perlu persenjataan. Hal ini bukanlah suatu fenomena baru,” ungkap Sebby kepada media tersebut.
Tempo
, lewat pesan pendek, pada hari Sabtu, 8 Maret 2025.
Sebby mengungkapkan bahwa kelompoknya telah mendapatkan amunisi dan senpi sejak tahun 2004 dari personil TNI yang beroperasi di daerah Papua. Ia menjelaskan, “Pada tahun 2004, kita sudah menerima butir-butir peluru dari para prajurit aktif yang bertugas di setiap pos pertahanan militer Indonesia baik di Jayapura, Wamena, Nabire, atau tempat lainnya.” katanya.
Dia mengajukan permohonan maaf kepada pihak-pihak yang telah mensupport pengiriman senjata ilegal ke kelompok separatis Papua (OPM) sesudah sindikasinya ketahuan. Berdasarkan keterangan Sebby, eksposisi operasi gelap tersebut muncul karena adanya kesalahan dari seorang anggotanya.
TPNPB-OPM
.
Dia merasa Yuni Enumbi kurang berhati-hati dan mengungkapkan detailnya kepada pihak kepolisian serta tentara Indonesia yang akhirnya menumpas sindikat penggelapannya.
“Kesalahan Yuni Enumbi terletak pada ketidakmampuannya dalam menghadapi tekanan secara psikologis, sehingga ia ‘menyanyikan’ lirihnya sendiri. Dari situasi tersebutlah kita akhirnya menjadi korban jaringan ini,” ungkap Sebby.
Nandito Putra
dan
Eka Yudha
ikut berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.